Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Payung yang Tak Meneduhkan

15 April 2017   20:34 Diperbarui: 16 April 2017   11:00 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Izzah Hayati mendadak berkecamuk pikiran, bergejolak hati. Bingung dan resah sendiri. Persoalannya bermula dari "payung". [caption caption="https://www.pinterest.com/amusedmario/hot-illustrations/"][/caption]

Di balkon lantai dua sekolahnya, ia bisa melihat saat tamu besar itu datang. Ayahnya, kepala sekolah, sang pemimpin, menyambut langsung sang tamu. Ayah sendiri kembangkan payung dan naungi sang tamu saat keluar dari mobil.

Sopir sang tamu yang sudah siap dengan payung terkembang hendak memayungi majikannya, terpaku di tempat. Tak jadi sang sopir memayungi majikannya ketika ayah Izzah Hayati, kepala sekolah, mengambil alih tugasnya.

"Sejak kapan ayahmu jadi pelayan, Izzah?" sindir Dina dingin, teman sekelas Izzah Hayati, si anak walikota.

"Itu tanda kerendahhatian," bela Safitri, anak seorang buruh tani dan pedagang sayur di pasar.

Izzah Hayati tertunduk mendengar kata Dina. Ia menunduk berharap dada yang bergejolak dan darahnya yang berdesir, teredam dengan kata Safitri.

Izzah Hayati merasakan ada benarnya kata Dina. Ayah tak pantas melayani sang tamu itu. Ada banyak guru, penjaga sekolah, satpam, siswa, atau sopir sendiri siap bertugas memayungi sang tamu. Berlebihan ayah bertingkah begitu pada sang tamu. Sang tamu memang konglomerat; pemilik beberapa swalayan dan beberapa sekolah swasta, tetapi tidak harus ayah pula memayungi si tamu.

Kelak, Izzah Hayati makin menjadi-jadi gelisahnya, ketika ayahnya sambil bercanda berkeluh kesah di rumah. Dengan bercanda ayah ungkap uneg-uneg, rada kecewa ketika sang tamu hanya menyumbang dana sedikit ke sekolah.

"Sudah Ayah bela-belain mayungi beliau, berakrab-akrab, ngambi hatinya, eh gak ngefek rupanya. Kalau tau gini, mending suruh satpam yang payungi."

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun