Arjuna, si sarjana pengangguran fresh graduate. Ijazah masih harum mengkilat. Â Bermodal kemeja lusuh dan CV hasil ngeprint di fotokopi sebelah kosnya, Arjuna melamar kerja. Â
"Selamat datang di PT Mencari Cinta Sejati," sapa resepsionis dengan senyum terlatih. Arjuna balas senyum tak terlatih. Kecut. Sambil nyeletuk di hati, "Merasa kek Arjuna Mencari Cinta, tapi ini versi Arjuna Mencari Kerja. Pengangguran kerja, pengangguran cinta; sama rasa. Njirr!"
Di ruang tunggu, Arjuna mengamati para pelamar lain. Kemeja rapi, sepatu kinclong, parfum semerbak. Semua murahan sama seperti dirinya. Arjuna miris melihat mereka adalah melihat dirinya. Menghakimi diri. O realita hidup yang penuh racun hati.
"Ffuhh... Fffuh..., baik-baiklah pada diri. Sayangi, cintai, lemah lembutlah pada diri. Ffuuh... Ffuhhh..." Arjuna mantrakan ucapan itu dalam hati.
"Arjuna, silakan masuk," panggil seorang wanita dengan setelan ketat. HRD, pikir Arjuna.
Arjuna masuk dengan langkah mantap, pura-pura percaya diri. Padahal jantungnya berdebar seperti Arjuna menemukan cinta kerja sejati.
"Jadi, Anda lulusan universitas terbaik? IPK cum laude?" tanya si HRD sambil menatap Arjuna dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Arjuna mengangguk. Pertanyaan itu dulu melambungkan jiwanya. Kini tak lagi. Usai dinaikkan, ia harus segera siapin kasur. Biar tak sakit saat dibanting.Â
"Pengalaman kerja?" tanya si HRD lagi.
Arjuna terdiam. Inilah momen dibanting. Pengalaman kerja? Nol besar. Kecuali pengalaman jadi tukang bersih-bersih kamar kos sendiri.