Pernah suatu masa yang telah jauh berlalu, ia teringat akan menangis. Masa itu masih kecil, belum sekolah dasar dan tidak pula TK. Â Ia tak tahu kenapa masih ada ingatan akan hal ini dan kini muncul lagi. Â Pesan apa yang hendak disampaikan untuk pelajaran ke masa depan?
Sebelum menangis, kala itu ia pulang ke rumah tak ada siapa pun. (Entah pulang dari mana, ia tak ingat. Sangat mungkin juga, ia terbangun dari tidur dan tahu-tahu sendiri di rumah) Ibu, Bapak, adik dan abang-abang, tak ada siapa pun di rumah.Â
Saat itu, di luar hujan yang tetiba turun deras menimpa atap rumbia rumah sewa mereka. Bersamaan hujan, ia mendadak menangis lepas dan keras. Melengking.Â
Tak lama kemudian, Bapak pulang. Ketika pintu depan dibuka dan melihatnya menangis, Bapak bertanya, "Kenapa menangis?" Ia yang masih bocah tak tahu kenapa menangis.Â
Lalu berselang tahun-tahun perjalanan hidup, ia juga tak menemukan alasannya menangis ketika ingatan akan ini muncul. Entah kapan itu, ia akhirnya sadar dan menemukan alasan kenapa menangis. Baru kini ia menulis dan membagikannya.
Tangisan bocah yang melingking itu, adalah tangisan kesendirian. Apakah ada ketakutan merasuk ketika ia menangis karena kesendirian sebagaimana anak-anak kecil lainnya menangis saat sendiriIa tidak merasakan adanya "takut" hadir dalam jiwa.
"Perasaan kesendirian" itu masuk merasuk jiwa disertai "kehampaan" jiwa. Hujan memberi andil memuluskan "perasaan kesendirian" itu menyelinap masuk ke jiwa bocah itu. Ia menangis, melengking, karena sendiri, hampa tanpa keluarga, tanpa orang-orang dekat yang dikenalnya, yang biasa meramaikan dan menyalakan jiwanya.
Ia berhenti menangis bersamaan Bapak hadir dan bertanya, "Kenapa kamu menangis?"
Tangisan itu adalah tangisan kesendirian disertai kehampaan. Tangisan yang ia predikisi akan muncul, akan dan selalu dialami manusia sepanjang masa ketika disergap kesendirian. Kadang tangisan ini karena kesendirian yang hampa dan disertai ketakutan.
Ingatan ini menerangkan dan menegaskan kembali yang telah ia ketahui bahwa manusia tak bisa sendiri, tak bisa hampa, tak bisa takut. Ia akan menangis jika mengalami perasaan itu terus. Ia bisa jalani hidup jika tanpa selalu diselimuti perasaan itu. Ia tak akan sanggup dan tak akan mungkin bisa hidup dalam kesendirian yang disertai kehampaan dan ketakutan.
Kemengertian ini, kesadaran ini membuka dan menunjukan akan kedirian dan ketergantungannya pada manusia-manusia lain. Inilah ia kira pesan terdalam akan ingatan tentang tangisan itu. Tak bisa jiwa hidup sendiri, tapi ia tak bisa juga bergantung keluarga, kerabat, teman, dan kenalan. Ia tentu akan dialur waktu untuk mengalami kesendirian, kini atau pada saatnya nanti.