Mohon tunggu...
Faza TalithaVasthi
Faza TalithaVasthi Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya Faza Talitha Vasthi Sacharrisa, mahasisa Fakultas Teknik, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tingginya Angka Kemiskinan di Kota Ponorogo

14 September 2022   08:24 Diperbarui: 22 September 2022   06:51 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelemahan komunitas ini adalah ketersediaan lapangan kerja, tingkat biaya/harga, kebijakan pemerintah, harga jual, dll. Ini mencakup banyak aspek seperti Namun di kota Ponorogo sendiri, masalah kurangnya ketahanan sosial masyarakat Ponorogo terkait dengan kondisi ekonomi yang berubah saat ini.

Faktor ketiga, yaitu masalah kerawanan sosial Faktor kerawanan sosial ini erat kaitannya dengan faktor di atas, yaitu kelemahan masyarakat. Unsur kerawanan sosial ini mengacu pada situasi keluarga miskin atau kurang beruntung yang tidak mampu menghadapi perubahan mendasar dalam perekonomian. 

Dalam hal ini, masalah juga dapat muncul ketika keluarga miskin atau keluarga kurang memiliki kesempatan untuk mengalami masalah sosial (misalnya kematian tulang punggung keluarga) atau mungkin timbul karena bencana alam karena kota Ponorogo merupakan daerah bencana.

Faktor keempat adalah kebijakan pemerintah daerah yang ditujukan untuk pengentasan kemiskinan. Banyak program yang telah diberikan kepada masyarakat miskin atau kurang mampu di Kota Ponorogo, seperti pemerintah pusat dan manfaat sosial lainnya melalui program PKH. Namun setelah dilakukan penilaian oleh Pemprov Jatim, disimpulkan bahwa pengurangan tersebut cukup efektif, namun belum efektif dalam menurunkan angka kemiskinan di kota Ponorogo.

Faktor kelima adalah tingginya angka pengangguran. Salah satu masalah yang ingin diselesaikan oleh kota Ponorogo adalah masalah pengangguran yang tinggi. Akar penyebab masalah tingginya pengangguran di Kota Ponorogo adalah: (1) Kerjasama antara lembaga penyiapan tenaga kerja (sekolah, kursus dan sekolah menengah kejuruan) di kota Ponorogo belum maksimal. (2) Jumlah keterampilan tenaga kerja tidak perlu diselaraskan dengan penyiapan tenaga kerja. (3) Kewirausahaan yang rendah. (4) Jumlah pegawai tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan kerja setiap tahunnya. (5) Pengelolaan dan pengembangan potensi lokal tidak sesuai untuk menciptakan lapangan kerja.

Faktor keenam adalah rusaknya infrastruktur. Infrastruktur merupakan faktor kunci pendukung perkembangan kota Ponorogo, memegang peranan penting tidak hanya sebagai mesin perekonomian kota Ponorogo tetapi juga dalam membentuk perkembangan kota Ponorogo. 

Namun, banyak keluhan mengenai infrastruktur, mulai dari warga Ponorogo hingga jalan, jembatan, dan saluran irigasi yang rusak. Rusaknya infrastruktur jalan dan jembatan di Kota Ponorogo akan berdampak pada terhentinya arus para pelaku bisnis. Akar permasalahan kerusakan infrastruktur penunjang pertumbuhan ekonomi adalah minimnya dana yang tersedia untuk membangun dan memelihara jalan, jembatan dan saluran irigasi di Kota Ponorogo.

Faktor ketujuh, kontribusi sektor pertanian belum maksimal. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Ponorogo. Dalam proses perkembangannya, industri pertanian di kota Ponorogo mengalami penurunan laju pertumbuhan bahkan cenderung menyusut akibat alih fungsi lahan. 

Namun jika dikelola dengan baik, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Kota Ponorogo, karena sektor industri yang erat kaitannya dengan sektor pertanian masih tertinggal atau belum optimal. 

Industri pertanian di Kota Ponorogo menghadapi tantangan berat, mulai dari berkurangnya kesuburan tanah, perubahan iklim yang tidak menentu, berbagai hama dan penyakit tanaman, sulitnya memenuhi kebutuhan pupuk di musim tanam, hingga berkurangnya air. Aliran untuk penyiraman. 

Selain itu, petani di Kota Ponorogo tidak bisa bercocok tanam sendiri untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Di kota Ponorogo, sebagian besar hasil pertanian dijual sebagai bahan baku. Hasil pertanian itu sendiri tidak bisa lebih baik digunakan untuk menjadi produk olahan, baik setengah jadi maupun jadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun