Wabah Dalam Perjanjian Lama dan Covid-19Â :Â Sebuah Hermeneutika Terhadap Kehadiran Allah Ditengah Covid-19 Diperhadapkan Pada Kejadian 12
Saat ini kita tengah diperhadapkan pada sebuah wabah yang penyebarannya meliputi seluruh negara di dunia, yaitu wabah virus Covid-19. Virus ini menyebar dengan begitu cepat dan menimbulkan ketakutan yang luar biasa bagi umat manusia. Banyaknya korban yang terjangkit hingga korban yang meninggal dunia karena virus Covid-19 merupakan sebuah pergumulan yang berat bagi manusia. Tidak sampai disitu, keadaan yang kita hadapi saat ini juga membuat kita bergumul dengan kepercayaan kita kepada Tuhan sehingga muncul di pikiran kita sebuah pertanyaan yang menohok tentang dimanakah Tuhan saat kita menghadapi pergumulan, secara spesifik dalam pergumulan wabah Covid-19 yang kita hadapi saat ini. Kita mungkin selalu bertanya-tanya dalam hati kita, apakah Tuhan membiarkan kita merasakan pahitnya pergumulan ini, atau apakah Tuhan hadir dalam setiap pergumulan yang kita hadapi di masa pandemi saat ini, dan apa rancangan terbaik yang disediakan Tuhan dibalik pergumulan kita pada masa pandemi Covid-19 ini.
Pergumulan yang kita hadapi saat ini juga berdasarkan pengalaman Abram dalam pemanggilannya oleh Allah (Kej. 12:1-20). Pada saat itu terjadi sebuah kelaparan hebat di tanah Kanaan sehingga mereka diperintahkan oleh Allah untuk pindah ke Mesir. Ketika mereka hendak memasuki negeri Mesir, Abram membuat sebuah kesalahan dengan menyangkal isterinya dan berpura-pura mengatakan bahwa Sarai adalah adiknya. Kebenaran yang disembunyikan oleh Abram membuat celah bagi orang-orang Mesir termasuk Firaun untuk berbuat dosa. Karena parasnya yang begitu cantik, Firaun menginginkan Sarai untuk dipinang menjadi isterinya. Melihat hal yang demikian, Allah pun turun tangan dan menimpakan tulah kepada Firaun dan juga kepada seisi istananya dan inilah yang menjadi klimaks dari pergumulan yang dialami Abram. Karena tulah yang diberikan oleh Allah kepada Firaun, ia akhirnya mengembalikan Sarai ketangan Abram dan mereka beserta kelompoknya pun diantar pergi oleh orang-orang Firaun. Seandainya Abram mengakui bahwa Sarai adalah isterinya, maka tentu tidak akan ada tulah yang diturunkan oleh Allah kepada Firaun dan orang-orang Mesir dan tidak akan terjadi masalah apa-apa.
Terdapat sebuah asumsi awal atau hipotesis mengenai pergumulan Abram dan pergumulan manusia ditengah pandemi Covid-19. Yang pertama adalah seandainya Abram mengakui bahwa Sarai adalah isterinya, maka tentu tidak akan ada tulah yang diturunkan oleh Allah kepada Firaun dan orang-orang Mesir. Hal yang demikian tentu berkaitan dengan keimanan kita serta keputusan atau kalkulasi yang kita buat dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan sebuah masalah. Abram mendapat pembelajaran yang berharga tentang makna mengimani janji Tuhan kepadanya dan cara Tuhan menguji keberimanan Abram. Yang kedua adalah, perihal keinginan Firaun mengambil Sarai untuk dijadikan sebagai isterinya, terdapat sebuah hipotesis bahwa Tuhan hadir sebagai penguji dan penyelamat. Tuhan yang menguji Abram namun Tuhan juga yang menyelamatkan Abram, isterinya dan Firaun beserta seisi istana Mesir. Â Begitu juga kepada kita dalam menghadapi pergumulan pandemi Covid-19 saat ini, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kita adalah Tuhan hadir sebagai penguji ketaatan dan kepercayaan kita kepada Tuhan dan Tuhan juga yang menyelamatkan kita dari setiap pergumulan yang kita hadapi dan menyelamatkan kita dari kebiasaan-kebiasaan yang buruk.
Dalam menjawab pergumulan dunia ini, iman Kristen harus diandalkan serta menantikan kasih setia Tuhan. Mungkin kita merasa takut dan khawatir, tetapi dengan iman kita dapat mengahdapinya sambil berserah diri kepada Allah di dalan Yesus Kristus. Menghadapi pergumulan ini dengan iman yang teguh kepada Yesus Kristus yang mampu mengalahkan dan memenangkan kita dalam pergumulan yang cukup sulit ini. Kemudian, hidup beriman harus senantiasa diisi oleh ketaatan dan pengharapan yang berpusat kepada Tuhan. Kita harus percaya bahwa ada bagian Tuhan dan ada bagian kita dalam perjalanan memenuhi janji Tuhan dalam hidup ini. Tuhan memelihara, melindungi, dan menuntun kita menurut rencana-Nya yang baik bagi kehidupan anak-anak yang Dia kasihi. Tugas kita adalah percaya, taat, dan berharap akan pemeliharaan dan perlindungan-Nya ketika kita menghadapi kesulitan. Pada saat menemui tantangan dalam hidup beriman, jangan biarkan ketakutan dan dusta mengaburkan iman sejati kepada Tuhan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H