Mohon tunggu...
Zero Dark
Zero Dark Mohon Tunggu... -

Anti celana ngatung dan celana kombor ala Taliban!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ada yang Menggugat Habib?

30 Juli 2012   20:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:26 1657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dua hari ini situs jejaring sosial banyak mengupas tentang isu "habib" atau "sayid". Sejauh yang saya amati, khusus di Kompasiana ini saya mendapatkan banyak tema tulisan "Habib" atau "Sayid",   objek pembahasanya sama, yaitu adanya ulah habib atau sayid yang melakukan tindakan kekerasan di bulan puasa Ramadhan ini.

Tulisan-tulisan tersebut, bisa dibaca disini;

http://hankam.kompasiana.com/2012/07/30/habib-ditangkap-dan-sayid-ulama-ustadz-kiai-gelar-sosio-religius-yang-salah-kaprah/

Disini; http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/30/mental-inlander-dipecundangi-para-habib/

Disini; http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/30/habib-berulah-habaib-ditulah/

Diakui atau tidak, sejarah "Kesayidan" dan "Kehabiban" merupakan salah satu hot issue sepanjang sejarah bukan saja di Indonesia, apalagi kalau kita tengok predikat ini di Pakistan, India dan negara-negara Asia Tenggara dan Timur Tengah. Entah, bagaimana asal muasalnya, yang jelas, seorang yang ketiban predikat "Habib" atau "Sayid" berada di antara dua sisi ekstrem sekaligu, dipuja-puja secara berlebihan dan dicemooh dan dibenci secara habis-habisan. Ini benar-benar menyesakkan dada bagi yang menyandang gelar tersebut. Salah satu penyebabnya bisa jadi adalah lagi-lagi generalisasi dari suatu peristiwa negatif atau komunikasi yang buntu (bahasa halusnya) dan tidak tersedianya waktu untuk klarifikasi dari beberapa tindakan segelintir oknum atau habib atau sayid, sehingga yang terjadi adalah generalisasi hukum, bahwa semua "Habib", dan "Sayid" adalah pesakitan.

Paragraf-paragraf di bawah ini hanyalah analisa yang subjektif dari salah seorang yang kadung "ketiban" predikat ini. Mohon dimaklumi dan dimaafkan bila kurang "ilmiah" atau kurang santun.

Meski belum ada pansus yang bertugas memperjelas pengertian "Sayid" atau "Habib" dan kriteria-kriteria lainnya, "Habib" dapat didefisinikan secara sederhana sebagai predikat oleh orang yang, menurut urf  dan opini umum secara nasab masih keturunan dengan Rasulullah Saw. Dan entah mengapa seseorang yang disebut “habib” bisa menjadi biang kekerasan atas nama agama, mazhab dan kelompok tertentu? Dengan kesadaran penuh, kita tidak ingin mempertanyakan proses "penghabiban" seseorang; apakah predikat ini hanya boleh disandang oleh orang tertentu dengan kualifikasi akademik (keilmuan) yang didasarkan pada standar kompetensi yang baku ataukah tidak. Mungkin perlu kajian sosiologis tentang itu.

Sejauh pengamatan saya, banyak masalah yang bisa dijelentrehkan dalam tema ini, antara lain:

1. Terlepas dari kejadian memilukan itu, “habib” berasal kata dasar al-hubb dalam bentuk kata sifat (ism fail dalam grammer tata bahasa Arab), yang memiliki arti objek (penderita), yang dicintai atau dikasihi. Dalam syair-syair Arab klasik maupun dalam lirik lagu-lagu romantis Arab modern, habib berarti pacar, kekasih dan yang disayang. Dalam tadisi Islam, habib adalah gelar pujian Muslim saat memanggil dan mengucapkan nama Muhammad saw. Muhammad habibullah, kekasih Allah, begitu juga Hasan dan Husain, kedua cucu beliau. Pujian dan pemberian gelar penghormatan ini berlangsung generasi demi generasi, sebagaimana tercermin dalam kasidah-kasidah dan teks-teks maulid Nabi.

2. Tentang penganiayaan dan agresi, yang dilakukan secara sengaja maupun tidak oleh sebagian "Habib" atau "Sayid" yang didasari dengan tujuan mulia maupun nista, bertentangan dengan substansi yang ada di balik kata "Habib", yang berarti "tercinta" dan "pecinta". Artinya, kita mesti memberikan atribut sejuk ini kepada mereka yang menebar cinta, bukan menjadikan kekerasan dan represi sebagai cara berdakwah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun