Mohon tunggu...
Faza Nayla Az Zahra
Faza Nayla Az Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Faza Nayla Az Zahra NIM 43121120094 Dosen Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak Mata Kuliah Kewirausahaan 1 Manajemen / Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Analisis BEP dengan Metode Kelayakan Penerimaan/Penolakan Bisnis Dimsum

8 November 2023   18:41 Diperbarui: 8 November 2023   18:47 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Titik Impas (Break-Even Point, BEP) adalah metode yang digunakan dalam bisnis untuk menentukan tingkat penjualan yang diperlukan agar bisnis mencapai titik impas atau tidak menghasilkan keuntungan atau kerugian. Sementara itu, Metode Kelayakan Penerimaan/Penolakan adalah proses penilaian apakah suatu bisnis atau proyek layak dilanjutkan atau tidak. Dalam konteks bisnis dimsum, hubungan antara analisis BEP dan Metode Kelayakan dapat diterapkan untuk menentukan apakah investasi dalam bisnis dimsum adalah keputusan yang cerdas. 

Berikut adalah penjelasan dengan menggunakan data dan angka:


1. Analisis BEP pada Bisnis Dimsum:
Anggaplah biaya tetap (fixed costs) untuk operasi bisnis dimsum adalah Rp 9.500.000 per bulan. Biaya tetap ini mencakup sewa lokasi, gaji karyawan, peralatan, dan lainnya. Biaya variabel per unit dimsum adalah Rp 12.500 per unit. Ini mencakup bahan baku, kemasan, dan biaya langsung terkait produksi. Harga jual per unit dimsum adalah Rp 20.000
Dengan data ini, maka dapat menghitung BEP dalam unit sebagai berikut:
BEP (dalam unit) = Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit)
BEP = Rp 9.500.000 / (Rp 20.000 -- Rp 12.500 ) = 1.267 unit dimsum.
Artinya, perlu menjual 1.267 unit dimsum per bulan agar mencapai titik impas.

2. Metode Kelayakan Penerimaan/Penolakan:
Dalam evaluasi kelayakan penerimaan/penolakan bisnis dimsum, pertimbangkan faktor-faktor seperti perkiraan pendapatan tahunan, biaya operasional tahunan, biaya modal awal (investasi awal), dan periode pengembalian investasi yang diinginkan.
Misalkan  memproyeksikan pendapatan tahunan sebesar  Rp 15.000.000 dan biaya operasional tahunan (termasuk biaya tetap dan variabel) sebesar Rp 9.500.000
Dengan data ini, Anda dapat menghitung profitabilitas tahunan:
Profitabilitas = Pendapatan Tahunan - Biaya Operasional Tahunan
Profitabilitas = Rp 15.000.000 -- Rp 9.500.000 = Rp 5.500.000

Selanjutnya, dapat menghitung periode pengembalian investasi (Payback Period) dengan menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kembali modal awal. Misalkan modal awal (investasi awal) dalam bisnis dimsum adalah  Rp 10.000.000
Payback Period = Modal Awal / Profitabilitas Tahunan
Payback Period = Rp 10.000.000 / Rp 5.500.000 = 1.818 tahun.
Dalam hal ini, periode pengembalian investasi adalah sekitar 1.818 tahun, yang berarti akan mendapatkan kembali modal awal dalam waktu sekitar 1 tahun 9 bulan.

Hubungan antara analisis BEP dan Metode Kelayakan adalah bahwa BEP memberikan informasi tentang jumlah unit yang perlu dijual untuk mencapai titik impas, sementara Metode Kelayakan menyediakan gambaran lebih komprehensif tentang profitabilitas dan periode pengembalian investasi dalam jangka waktu yang lebih panjang. Jika BEP tercapai dalam periode waktu yang wajar dan bisnis dimsum masih menghasilkan keuntungan setelah periode tersebut, maka ini dapat menjadi indikasi positif dalam proses kelayakan penerimaan/penolakan bisnis dimsum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun