Mohon tunggu...
Faza lailatul ikhfina
Faza lailatul ikhfina Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa prodi tarbiyah fakultas agama islam unnisula

Ingin sukses dengan cara sendiri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Pondok Pesantren Ribatul Muta'alimin Pekalongan

12 Januari 2023   09:13 Diperbarui: 12 Januari 2023   09:21 2637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pondok Pesantren, yaitu sebuah lembaga pendidikan agama Islam yang berkembang dan diakui oleh masyarakat sekitar dan memiliki sistem asrama (kampus) tempat para santri menerima pelajaran agama  melalui sistem pengajian atau madrasah, yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan negara. negara bagian. kepemimpinan satu atau lebih kiai yang berkarakter kharismatik dan mandiri sepenuhnya. Salah satu lembaga Islam yang erat hubungannya dengan kepemimpinan adalah pesantren

Pesantren saat ini merupakan lembaga pendidikan tertua  dan dianggap sebagai  produk budaya asli/khas Indonesia yang  tidak dapat ditemukan di negara  lain. Sebuah lembaga dapat disebut  pesantren jika mencakup lima indikator yang terkumpul dalam satu kompleks yang disebut kompleks pesantren. Indikator tersebut adalah: (1) Imam (2) Santri (3) Asrama (Masjid) (5) Pengajaran ilmu-ilmu yang mengandung ajaran Islam. 

Pesantren Ribatul Muta'allim Landungsari Pekalongan atau dikenal juga dengan nama Pondok Grogolan didirikan oleh almukarrom walmaghfur-lah K.H. Saelan pada tahun 1921 M. Ia adalah putra dari Kiai Muchs bin Kiai Abdulloh (Syekh Tholabuddin) bin Kiai Chasan. Kiai Chasan  adalah seorang kiai dari kerajaan Mataram. Ketika masih muda, KH. Saelan membaca Al Quran dan berguru kepada Kyai Malik (Landungsari) dan Habib Hasyim (Pekalongan). Dia juga belajar di bawah KH. Dimyati, Tremas, Pacitan dan Syaikhona KH.R. Cholil bin Abdul Latif atau biasa dikenal dengan Syekh Cholil Bangkalan (Madura). Setelah belajar dengan dua ilmuwan besar  KH. Kemudian Saelan  mendirikan pesantren di desa Landungsari.

Awalnya KH. Saelan mendirikan Pondok Pesantren dengan membangun surau kecil sederhana beratap rumbia yang lantainya masih tanah liat. Sungguh menyedihkan KH. Saelan mengajarkan sistem lagu soroga dan bandung kepada murid-muridnya. Awalnya, murid-muridnya berasal dari kota Medono. Seiring bertambahnya jumlah santri pada tahun 1928, dibangunlah asrama untuk santri dengan bantuan H. Abdussalam (Grogola). Jika siswa menginap, maka metode pengajarannya menggunakan sistem grade atau kelas. Pada saat yang sama, lafal sistem sorogan dan bandungan dipertahankan.

KH. Saelan mempunyai istri, yaitu Nyai Hj. Khaulia binti Kyai Abdul Mukti (masih keturunan mBah Nur Anom, Kranji-Pekalongan). Dari istrinya tersebut, Beliau dikaruniai empat orang putra-putri, yaitu : Hj. Khadhiroh, KH. Hamid Yasin, Hj. Bariroh dan Hj. Jauharoh. KH. Saelan menikah lagi dengan Hj. Masrurotun setelah Ibu Nyai Hj. Khaulia wafat. Dari istrinya yang kedua, beliau dikaruniai seorang putra, yaitu KH. Hasan Rumuzi Yasin.

Pada tahun 1938 M, KH. Salean meninggal. Mulai saat ini pengurus pondok pesantren digantikan oleh KH. Nachrawi bin Chasan dan KH. Hamid Yasin (KH. Saelan). KH Nachrowi Chasan adalah murid dan  menantu KH. Melihatnya. Selain belajar dari KH. Salean, KH. Nachrowi juga belajar di KH. Dimyati, Trems, Pacitan. Dia juga  belajar di bawah KH. Romli Tamim, Jombang. Sementara itu, KH. Hamid Yasin juga belajar di bawah ayahnya di mBah Maksum Lasem dan Kaliwung di  Kendal. Saat ini salah satu almarhum mahasiswa KH. Saelan yaitu Habib Muhammad menamakan pesantren tersebut “Ribatul Muta’allimin”.

Di bawah pimpinan KH. Nachrawi Chasan dan KH. Hamid Yasin, Pondok Pesantren Ribatul Muta'aalim berkembang cukup pesat. Jumlah siswa yang mempelajari Al-Qur'an meningkat. Oleh karena itu, fasilitas fisiknya juga baik berupa gedung belajar mengajar dan asrama mahasiswa. Selain itu juga menyempurnakan metode pengajaran dengan sistem kelas dan kurikulum PAUD, Ibtidaiyah Diniyah, Tsanawiyah Diniyah dan Aliyah Diniyah. Sementara itu, tes sorogan dan bandungan yang dilakukan di Musholla masih dipertahankan sampai sekarang.

Pada tahun 1981 M, KH. Hamid Yasin meninggal. Selain itu, Pesantren Ribatul Muta'allimin masih berada di bawah asuhan KH. Nachrowi Chasan  dibantu oleh KH. Hasan Rumuzi (KH. Saelan), KH. Dja'far Nachrowi (KH. Nachrowi Chasanin poika) kaj KH. Abu Khalid (KH. Saelanin vävy). Saat itu, Pondok Pesantren Ribatul Muta'allimin mengalami kemajuan. Salah satu prestasi yang sangat kami banggakan adalah memiliki pendidikan Madrasah Tsanawiyah sesuai kurikulum Kemenag (tingkat SMA) dan kurikulum Madrasah Aliyah Kemenag (tingkat SMA).

Rabu, 12 Juni 1996 M atau 26 Muharrom 1417 H, KH. Nachrowi chasan meninggal. Selain itu, dimunculkan pesantren Ribatul Muta'allimin dipegang masa jabatan oleh Dja'far Nachrowi, KH. Hasan Rumuzi dan KH. Abu Khalid dibantu oleh putra-putri KH. nachrowi lainnya. Namun baru sekitar satu tahun menjalankan pesantren menggantikan bapaknya, lebih tepatnya pada hari senin 21/ April /1997 M atau 13 Dzulhijjah 1417 H, KH. Dja'far Nachrowi meninggal. Kemudian Pesantren Ribatul Muta'allimini dipimpin oleh KH. Hasan Rumuzi, KH. Sa'dullah Nachrowi kaj KH. Najib Nachrowi.

Untuk mengenang wafatnya almarhum KH. saelan Sebagai pendiri Pondok Pesantren Saela, Pesantren Ribatul Muta'allim menyelenggarakan seluruh kegiatan KH saelan Sha'bani Khoul ke-12 dan pengurus lainnya yang dimana kegiatan ini bertepatan dengan kegiatan Akhirussanah dan wisuda santri di Pondok Pesantren Aliyah Diniyah  Ribatul Muta'allimin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun