Mohon tunggu...
Fayyadh DaffaDzakwan
Fayyadh DaffaDzakwan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang remaja baik hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bangsa Butuh Kontribusi Dari Pemuda dan Pemudi

27 November 2024   20:46 Diperbarui: 27 November 2024   20:56 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muda yang sangat besar, dan ini menjadi salah satu potensi terbesar yang dimiliki bangsa kita. Pemuda dan pemudi bukan hanya penerus estafet kepemimpinan, tetapi juga agen perubahan yang bisa membawa kemajuan sosial, ekonomi, dan budaya. Namun, untuk mencapai itu, kontribusi mereka harus dipahami dan difasilitasi dengan cara yang tepat. Dalam perspektif sosiologi, pemuda dan pemudi memainkan peran kunci dalam membentuk masyarakat, baik secara individu maupun kolektif. Lalu, apa yang bisa kita harapkan dari kontribusi mereka?

Pemuda Sebagai Agen Perubahan Sosial

Dalam ilmu sosiologi, perubahan sosial adalah proses yang terus berlangsung, di mana masyarakat bertransformasi baik dalam struktur, nilai, maupun norma. Pemuda sering dianggap sebagai agen perubahan yang memiliki kemampuan untuk menantang status quo dan mendorong perkembangan ke arah yang lebih baik. Mereka cenderung memiliki pola pikir yang lebih terbuka dan lebih mudah menerima ide-ide baru dibandingkan generasi sebelumnya.

Menurut teori Teori Konflik yang dikemukakan oleh Karl Marx, pemuda sering kali menjadi kelompok yang paling terpengaruh oleh ketimpangan sosial, baik dalam hal ekonomi, pendidikan, maupun akses terhadap sumber daya. Ketika pemuda merasa terpinggirkan atau tidak diperhatikan, mereka cenderung akan muncul sebagai kekuatan yang menginginkan perubahan—baik melalui gerakan sosial, aktivitas politik, atau melalui inovasi di berbagai bidang. Gerakan pemuda dalam sejarah dunia, dari pergerakan kemerdekaan hingga revolusi sosial, menunjukkan betapa besar peran mereka dalam mengubah arah sejarah.

Di Indonesia, kita bisa melihat contoh nyata bagaimana pemuda dan pemudi berperan dalam perubahan sosial melalui berbagai gerakan. Mulai dari pergerakan kemerdekaan pada 1928 dengan Sumpah Pemuda, hingga gerakan reformasi 1998 yang juga dipelopori oleh kalangan mahasiswa dan pemuda. Gerakan-gerakan ini menunjukkan bahwa pemuda memiliki kapasitas untuk menyuarakan ketidakadilan dan memperjuangkan perubahan yang lebih baik untuk bangsa.

Pemuda dan Peranannya Dalam Pembangunan Ekonomi

Selain sebagai agen perubahan sosial, pemuda dan pemudi juga memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi yang serba cepat ini, Indonesia membutuhkan tenaga kerja yang kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap perubahan teknologi dan pasar. Pemuda adalah kelompok yang paling siap untuk menghadapi tuntutan dunia kerja yang semakin dinamis.

Dalam perspektif teori Struktur Fungsionalisme yang dikembangkan oleh Emile Durkheim, setiap elemen dalam masyarakat berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan sosial. Pemuda, sebagai bagian dari struktur sosial, harus dapat berkontribusi dalam menjaga dan mengembangkan sistem ekonomi. Salah satu cara pemuda dapat berkontribusi adalah dengan mengembangkan kewirausahaan. Tren kewirausahaan di kalangan pemuda Indonesia terus meningkat, dan banyak dari mereka yang memulai usaha di bidang teknologi, fashion, dan kuliner. Inovasi-inovasi ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga membuka peluang untuk memperkuat ekonomi nasional di tengah tantangan global.

Di sisi lain, pendidikan juga menjadi faktor penentu dalam membekali pemuda dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Pemuda yang memiliki akses pendidikan yang baik akan lebih siap bersaing dalam pasar global. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan sistem pendidikan yang tidak hanya menekankan pada aspek teori, tetapi juga keterampilan praktis yang dapat langsung diterapkan dalam dunia kerja.

Pemuda dan Tantangan Sosial

Namun, kontribusi pemuda tidak selalu berjalan mulus. Meskipun memiliki potensi besar, pemuda Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Tingginya angka pengangguran di kalangan pemuda, ketidakmerataan akses pendidikan, serta perbedaan kualitas antara pendidikan di kota dan di desa, merupakan masalah besar yang perlu diselesaikan. Sosiolog Pierre Bourdieu dalam teori kapital sosial dan kapital budaya menyatakan bahwa kesenjangan sosial dapat terjadi jika individu atau kelompok tidak memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, informasi, dan sumber daya lainnya. Hal ini bisa menghambat potensi pemuda untuk berkembang dan berkontribusi pada masyarakat.

Selain itu, perubahan sosial yang sangat cepat juga bisa membingungkan pemuda. Dalam dunia yang semakin terhubung ini, pemuda sering kali dihadapkan pada beragam informasi dan tantangan global yang bisa membingungkan identitas mereka. Oleh karena itu, penting untuk memberikan ruang bagi pemuda untuk berdialog, memahami isu-isu sosial, serta meningkatkan kecakapan berpikir kritis mereka

Membuka Ruang bagi Pemuda untuk Berkarya

Masyarakat dan pemerintah memiliki peran penting dalam memfasilitasi kontribusi pemuda. Salah satu caranya adalah dengan memberikan akses yang lebih luas kepada pemuda dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan, kesempatan kerja, hingga platform untuk mengekspresikan ide dan gagasan mereka. Meningkatkan kualitas pendidikan, memperkenalkan lebih banyak program pelatihan kewirausahaan, serta menciptakan kebijakan yang inklusif dan berpihak pada pemuda, adalah langkah-langkah konkret yang dapat memperkuat kontribusi mereka.

Di sisi lain, masyarakat juga perlu mengurangi stigma negatif terhadap pemuda, seperti anggapan bahwa mereka hanya tertarik pada hal-hal yang tidak penting atau tidak serius. Padahal, pemuda sering kali menjadi kekuatan pendorong inovasi dan kemajuan. Oleh karena itu, masyarakat harus memberi ruang bagi pemuda untuk berkembang dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, baik dalam lingkup keluarga, sekolah, kampus, maupun dalam pemerintahan.

Kesimpulan 

Secara keseluruhan, bangsa Indonesia sangat membutuhkan kontribusi dari pemuda dan pemudi untuk menghadapi berbagai tantangan sosial, ekonomi, dan budaya. Melalui pemuda, perubahan sosial yang positif dapat terwujud, baik melalui gerakan sosial, inovasi ekonomi, maupun kontribusi mereka dalam pembangunan negara. Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut, perlu ada perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat untuk memberikan pemuda akses, peluang, dan dukungan yang memadai. Dengan begitu, pemuda Indonesia bisa menjadi kekuatan besar yang mendorong kemajuan bangsa menuju masa depan yang lebih baik.

Dunia sedang bergerak cepat, dan tantangan yang kita hadapi semakin kompleks, namun begitu pula peluang yang ada. Kini adalah saatnya bagi kita untuk menunjukkan bahwa kita bukan hanya sekadar penerus bangsa, tetapi juga penggerak utama perubahan yang positif. Jangan biarkan ketidakpastian atau ketidakpedulian menghalangi langkah kita. Setiap ide, setiap karya, dan setiap usaha kita memiliki potensi untuk memberi dampak besar. Jangan ragu untuk bermimpi besar, berinovasi, dan berkontribusi. Bangsa ini menunggu kontribusi kita—baik melalui pengembangan diri, kewirausahaan, ataupun keterlibatan dalam kegiatan sosial dan politik. Bersama, kita bisa membangun Indonesia yang lebih baik, lebih maju, dan lebih inklusif. Pemuda dan pemudi adalah masa depan, dan masa depan itu ada di tangan kita.

Referensi :

  • Geertz, C. (1961). Pekerjaan Pemuda dalam Masyarakat Indonesia. University of Chicago Press.
  • Durkheim, E. (1893). The Division of Labor in Society. Free Press.
  • Duflo, E. (2017). Poor Economics: A Radical Rethinking of the Way to Fight Global Poverty. PublicAffairs.
  • Bourdieu, P. (1986). The Forms of Capital. Handbook of Theory and Research for the Sociology of Education.
  • Putnam, R. D. (2000). Bowling Alone: The Collapse and Revival of American Community. Simon & Schuster.
  • Bourdieu, P. (1993). The Field of Cultural Production. Columbia University Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun