Pemberian tugas video dalam berbagai mata kuliah sering kali dianggap inovatif karena meningkatkan kreativitas mahasiswa. Namun, kenyataannya, tugas semacam ini juga berpotensi membebani mahasiswa secara emosional, finansial, dan teknis.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa mahasiswa rentan terhadap stres akademik, terutama karena tekanan untuk menyelesaikan tugas-tugas kompleks dalam waktu singkat. Sebuah survei oleh American Psychological Association (APA) pada 2022 menemukan bahwa sekitar 85% mahasiswa merasa tertekan karena pekerjaan akademik, terutama tugas berbasis proyek seperti video. Faktor penyebab utamanya meliputi tenggat waktu yang ketat, kurangnya pemahaman teknis, dan ketidakpastian mengenai ekspektasi dosen.
Mahasiswa sering kali menghadapi keharusan belajar perangkat lunak editing, penulisan naskah, hingga merekam video dalam kondisi yang tidak ideal. University of California, Berkeley, dalam studi pada 2023, mengidentifikasi bahwa mahasiswa yang bekerja lebih dari tiga jam dalam sehari untuk tugas semacam ini mengalami kelelahan mental lebih tinggi daripada kelompok lain.
Sebagian besar mahasiswa tidak memiliki akses ke perangkat berteknologi tinggi untuk mengedit video. Mayoritas mahasiswa menggunakan laptop kelas menengah atau perangkat ponsel pintar yang sering kali cepat panas saat menjalankan aplikasi editing berat seperti Adobe Premiere atau DaVinci Resolve. Laporan dari survei mahasiswa di Indonesia oleh Katadata pada 2022 menunjukkan bahwa sekitar 40% mahasiswa menggunakan perangkat dengan spesifikasi rendah, dan 30% di antaranya sering mengalami kerusakan perangkat akibat overheat selama pengerjaan tugas video. Kondisi ini tidak hanya memperlambat proses kerja, tetapi juga menambah biaya untuk perbaikan perangkat atau upgrade, yang menjadi beban tambahan.
Untuk mengurangi tekanan, dosen perlu mempertimbangkan beberapa hal:
Evaluasi kebutuhan teknis tugas video, misalnya memberikan opsi tugas alternatif yang lebih ringan.
Pelatihan atau panduan teknis dasar bagi mahasiswa, terutama bagi mereka yang belum terbiasa dengan software editing.
Memberikan waktu pengerjaan yang lebih panjang serta standar penilaian yang lebih fleksibel.
Kesimpulannya, meskipun tugas video membawa manfaat untuk pengembangan keterampilan tertentu, tekanan emosional dan tantangan teknis yang dihadapi mahasiswa tidak boleh diabaikan. Kolaborasi antara institusi dan dosen sangat dibutuhkan untuk menciptakan tugas yang tetap relevan tanpa mengorbankan kesehatan mental dan kesejahteraan mahasiswa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H