UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian, baik sebagai  penggerak pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, maupun  penggerak inovasi di berbagai bidang. Namun, meski memiliki kontribusi penting, UMKM kerap menghadapi tantangan serius, terutama dalam hal pengelolaan biaya. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya pemahaman  mendalam mengenai struktur biaya termasuk biaya tetap, biaya variabel dan dampaknya terhadap volume penjualan. Kondisi ini dapat menghambat efisiensi operasional dan mengurangi peluang pencapaian keuntungan yang optimal. Dalam konteks ini, analisis biaya volume  menjadi alat yang sangat penting. Pendekatan ini membantu pemilik UMKM  memahami hubungan antara biaya tetap, seperti sewa  dan gaji karyawan tetap, serta biaya variabel, seperti biaya bahan baku dan pengiriman serta tingkat  penjualan. Dengan memahami hubungan tersebut, UMKM dapat menentukan titik impas, yaitu titik di mana pendapatan yang diperoleh cukup untuk menutup seluruh biaya tanpa menimbulkan untung atau rugi. Selain itu, analisis ini memungkinkan UMKM untuk mengevaluasi skenario peningkatan atau penurunan volume penjualan dan dampaknya terhadap keuntungan.
      Selain itu, analisis volume biaya dapat berfungsi sebagai dasar pengambilan keputusan strategis, seperti penetapan harga produk, pengembangan lini produk baru, atau perluasan pasar. Dengan memahami bagaimana biaya mempengaruhi keuntungan, UMKM dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dan tidak terlalu berisiko. Oleh karena itu, melakukan analisis volume biaya tidak hanya menjadi kebutuhan tetapi juga merupakan investasi bagi keberlanjutan dan pertumbuhan UMKM.Â
Data dan PerhitunganÂ
- Biaya tetap bulanan:
- Sewa tempat: Rp1.000.000
- Gaji karyawan: Rp2.000.000
- Listrik dan internet: Rp300.000
- Cicilan modal: Rp500.000
- Total biaya tetap: Rp3.800.000
- Biaya variabel per porsi:
- Roti: Rp2.000
- Bahan tambahan (margarin, gula, topping): Rp1.000
- Kemasan: Rp500
- Total biaya variabel: Rp3.500/porsi
- Jika produksi 1.000 porsi per bulan:
- Total biaya variabel = 1.000 Rp3.500 = Rp3.500.000
- Total biaya keseluruhan = Rp3.800.000 (biaya tetap) + Rp3.500.000 = Rp7.300.000
- Jika target laba Rp2.700.000, maka pendapatan minimal = Rp7.300.000 + Rp2.700.000 = Rp10.000.000.
- Harga jual per porsi = Rp10.000/porsi.
Analisis: Perhitungan ini menunjukkan bahwa pengelolaan biaya tetap dan variabel sangat penting dalam menentukan harga pokok produksi dan target profitabilitas.
Harga Pokok Produksi (HPP)
Perhitungan HPP dilakukan dengan mencakup biaya tetap dan variabel.
- Total biaya keseluruhan: Rp3.800.000 (tetap) + Rp3.500.000 (variabel) = Rp7.300.000.
- HPP per porsi: Rp7.300.000 1.000 = Rp7.300.
Penetapan Harga Jual
- Target laba: Rp2.700.000
- Pendapatan yang diinginkan: Rp7.300.000 (biaya total) + Rp2.700.000 (target laba) = Rp10.000.000.
- Harga jual minimum per porsi: Rp10.000.
Analisis Break-Even Point (BEP)
- BEP dihitung untuk mengetahui jumlah produksi minimum agar tidak rugi.
- Formula BEP (unit) = Biaya tetap (Harga jual - Biaya variabel per unit).
- BEP = Rp3.800.000 (Rp10.000 - Rp3.500) = 543 porsi.
- Dengan produksi di atas 543 porsi, UMKM mulai mencetak laba.
Tulisan ini  menegaskan pentingnya analisis volume biaya dalam meningkatkan efisiensi dan profitabilitas UMKM. Pengelolaan biaya tetap dan variabel yang optimal memungkinkan UMKM untuk mencapai keseimbangan keuangan dan meningkatkan daya saing di pasar. Rekomendasi strategis meliputi penerapan teknologi akuntansi biaya dan pelatihan manajemen keuangan untuk pelaku UMKM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H