Beberapa waktu lalu, ketika acara halal bi halal tengah berlangsung serius dikediaman saudaraku, aku melihat sebuah buku yang sedikit usang. Mungkin beberapa kali sudah terkena cipratan air atau bahkan terendam beberapa saat disana. Rupa-rupanya si Buku ini mempunyai aura yang khas, oleh teman-temanku mungkin disebut sebagai totalitas perjuangan. Tersebutlah "Catatan Seorang Demonstran : Soe Hok Gie", yang sudah beredar disekitar kita sejak tahun 1983. Buku ini berisikan pengalaman pribadi Hok Gie (demikian aku akan menyebutnya) selama hidupnya yang diambil dari catatan-catatan hariannya. Meskipun pada mulanya sudah hampir diterbitkan pada tahun 1972, ternyata oleh beberapa kendala teknis penerbitan tertunda hingga tahun 1983
Dalam bukunya ini banyak diceritakan pikiran-pikiran Hok Gie, catatan harian selama masa sekolahnya sampai menginjak dewasa. Semasa hidupnya, Hok Gie terkenal dengan kejujurannya dalam berpendapat dan bertindak, oleh karena itu wajarlah banyak yang terkesan dengan semangat perjuangannya yang berlandaskan moralitas dan kejujuran. Banyak pula tulisan-tulisan Hok Gie yang menyulut pendapat yang pada saat itu berani mengritik habis-habisan pemerintahan yang tidak becus. Tulisannya tidak semata-mata kritikan pedas belaka, lebih dari itu, banyak ajakan-ajakan dan cara-cara yang olehnya dianggap sebagai solusi mengatasi masalah.
Sejalan dengan nilai yang coba ditularkan dari buku itu, dan tentu saja oleh Hok Gie secara tidak langsung, agaknya buku ini perlu dijdaikan referensi utama bagi para pemuda secara umum, tidak hanya yang berhasil melanjutkan pendidikannya pada tingkat yang lebih tinggi. Aku pikir buku ini adalah bacaan wajib bagi semua pemuda di Indonesia, karena dengan membaca buku ini paling tidak kita mengerti seorang Hok Gie, yang merupakan keturunan ToingHoa, mempunyai semangat dan kejujuran yang tinggi dalam perjuangannya.
Berikut akan kubeberkan sedikit informasi mengenai Seorang Hok Gie. Dia adalah salah satu mahasiswa Sejarah, Universitas Indonesia, aku berani menyebut dia sebagai intelektual dan cendekiawan muda. Hok Gie telah banyak makan asam garam baik dari pergaulan, bacaannya dan pergerakannya. Sejak umur SMA, Hok Gie sudah melahap beberapa kutipan-kutipan filsuf macam Freud, Sartre, Pope, Marx sampai-sampai filsuf Yunanai sekalipun. Selain itu, ketertarikan Hok Gie dalam bidang sastra pun tinggi, mungkin juga kepekaan terhadap nilai-nilai kehidupan menjadi tinggi pula.
Aku harap tulisan ini akan berguna, minimal sebagai informasi yang tidak sengaja dibaca oleh para pembaca yang budiman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H