Sebelum membahas "resistensi antibiotik" atau "resistensi antimikroba", mari kita lihat bersama pengertian dari antibiotik. Antibiotik merupakan jalan pengobatan yang ditujukan untuk mengatasi penyakit infeksi. Infeksi yang dimaksud disini disebabkan oleh bakteri, bukan virus, parasit maupun jamur.
Resistensi antibiotik berarti kebal antibiotik. Istilah "kebal" disini bukan berarti tubuh seseorang kebal terhadap suatu antibiotik, melainkan bakteri tertentu yang kebal terhadap antibiotik yang dirancang untuk membunuh mereka.
Resistensi antimikroba pada manusia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain penggunaan antibiotik yang tidak tepat, pemilihan antibiotik yang salah, dan dosis yang tidak tepat.
Sekitar 64 persen negara Asia Tenggara mengizinkan pembelian antibiotik tanpa resep. 50 juta resep antibiotik dianggap tidak perlu oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat pada tahun 2015, dari 150 juta resep tahunan. Bakteri yang kebal antibiotik menyebar ke seluruh dunia, bahkan hingga ke Indonesia.
Tidak lagi hanya dianggap sebagai masalah tunggal, resistensi antibiotik kini terjalin dengan bidang lain seperti kesehatan masyarakat, kesehatan hewan (termasuk akuakultur), rantai pasokan makanan, pertanian, dan bahkan masalah lingkungan.
Resistensi antibiotik menjadi masalah besar di Indonesia dan negara telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kesadaran dan mendidik masyarakat tentang hal itu. Distribusi dan penggunaan antibiotik harus dipantau dan diberi sanksi jika tidak memenuhi standar yang dapat diterima.
Untuk mengatasi masalah penyakit resistensi antibiotik, perlu adanya langkah tepat dalam mengonsumsi antibiotik. Berikut merupakan strategi pencegahan penyakit resistensi antibiotik.
1. Diagnosis obat yang tepat
Penggunaan obat yang tepat harus melalui resep dokter khususnya obat antibiotik. Tujuannya agar pemilihan obat dapat sesuai dengan indikasi yang sebenarnya.
2. Indikasi penyakit yang tepat