Hujan deras siang itu, tepat pada pukul 11.35 WIB, saya dan seorang teman sedang berada di Metro Mini yang mengantarkan kami ke kawasan Blok M untuk menghadiri acara Kompasiana Nangkring Litbang Kementrian Pekerjaan Umum. Rasa khawatir hinggap di benak kami karena ketika turun tentu kami harus mencari tempat berteduh terlebih dahulu sebelum menuju tempat acara di area perkantoran Kementrian Pekerjaan Pekerjaan Umum. Tapi ternyata Tuhan berbaik hati karena tepat setelah kami melewati kawasan Blok S hujan mulai reda dan menghilang lambat laun. Saya berfikir Tuhan sangat pengertian kepada saya, ucapan terima kasihpun saya panjatkan kepada Tuhan. Dan setelah saya sampai maka saya bergegas menuju area perkantoran Kementrian Pekerjaan Umum.
Aksi Heroik di Gedung Sate: Sejarah Hari Bakti Kementrian Pekerjaan Umum
Pada tanggal 27 November 2014, saya berkesempatan untuk mengikuti acara Kompasiana Nangkring bareng Kementrian Pekerjaan Umum bertempat di Pendopo Gedung Cipta Karya, Jakarta Selatan. Saya baru tahu kalau acara ini adalah rangkaian dari acara untuk memperingati Hari Bakti Pekerjaan Umum.
Sejarah Hari Bakti Pekerjaan Umum ini adalah bentuk dedikasi yang diberikan kepada 7 pegawai Dinas Pekerjaan Umum dalam perlawanan mempertahankan Gedung Pekerjaan Umum di Bandung pada masa kolonial Belanda. Gedung itu adalah Gedung Departement Van Verkeer En Waterstaat yang sekarang lebih akrab disebut Gedung Sate.
[caption id="attachment_357136" align="aligncenter" width="614" caption="Dok. https://ganzzssparrow.wordpress.com"][/caption]
Aksi kepahlawanan yang dilakukan 7 pemuda itu bukan tanpa sebab, karena kesadaran akan pentingnya Departemen Pekerjaan Umum pada saat itu maka mereka mati-matian mempertahankan Gedung Van Verkeer En Waterstaat. Karena dalam Gedung Departemen Pekerjaan Umum pada saat itu tersimpan barang milik negara, yang tentu harus dipertahankan. Bukan hal yang mudah mengemban amanah dari negara, terlebih pada saat itu yang mempertahankan gedung hanya 21 orang, dan yang menyerang tidak lebih dari pada jumlah itu. Dalam logika manapun tentu jumlah yang sedikit akan kalah. Dari 21 orang pegawai itu, 7 pegawai yang hilang dan tidak ditemukan dimana jasadnya.
Maka atas jasa ketujuh pegawai Dinas Pekerjaan Umum tersebut dibuatlah “Batu Prasasti” besar yang diukir dan disimpan di depan Gedung Sate untuk mengenang jasa ketujuh pegawai Dinas Pekerjaan Umum. Ketujuh pegawai itu juga diberikan gelar “Pemuda yang Berjasa” oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja Ir. Ukar Bratakusuma pada tanggal 3 Desember 1951.
[caption id="attachment_357137" align="aligncenter" width="614" caption="Dok. http://sepanjangjk.files.wordpress.com/"]
Dan berdasarkan Keputusan Mentri Koordinator Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja Nomor: 58/KPTS/MENKO/1965 tangga 27 November 1965, tanggal 3 Desember ditetapkan sebagai Hari Bakti Pekerjaan Umum.
Ketujuh pegawai Dinas Pekerjaan itu memang tewas dan kalah dalam bertempur mempertahankan Gedung Van Verkeer En Waterstaat namun mereka telah memberikan kita mempelajaran tentang arti pentingnya semangat perlawanan melawan penjajah, solidaritas, kekeluargaan baik di lingkungan buruh, karyawan dan pegawai, jiwa kesatuan dan dedikasi dalam tugas, mempertahankan harga diri bangsa dan bangga akan atas pencapaian bangsa sendiri. Ketujuh pegawai itu memang telah tewas namun mereka tetap hidup dalam sanubari Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Tenda HUNTARA : Inovasi dan Jawaban Litbang Kementrian Pekerjaan Umum Dalam Menjawab Bencana
Acara Kompasiana Nangkring bareng Litbang Kementrian Pekerjaan Umum menghadirkan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum Prof (R) DR Ir Anita Firmanti, MTdan Kepala Bidang Program dan Kerjasama-Puslitbang Permukiman Iwan Suprijanto, ST, MTsebagai narasumber.
[caption id="attachment_357128" align="aligncenter" width="614" caption="Dok Pri"]
Dalam pemaparan Prof (R) DR Ir Anita Firmanti, MT selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Balitbang Kementrian Pekerjaan Umum menginformasikan banyak sekali inovasi yang di lakukan Litbang Kementrian Pekerjaan Umum, dengan mengusung tema “Dukungan Inovasi Teknologi Bidang Permukiman dalam Akselerasi Program Permukiman 100-0-100 (100 % akses air minum; 0% luasan kawasan kumuh; 100% akses sanitasi)”, beliau menyatakan Litbang telah berkontribusi kepada perkembangan tekhnologi dalam bidang infrastuktur, bidang pemukiman, bidang sanitasi air dan masih banyak lainnya.
Hal yang membuat saya tertarik dalam pemaparan beliau adalah bagaimana Litbang Kementrian Pekerjaan Umum memberikan solusi kreatif ketika ada daerah di Indonesia yang terjadi bencana dengan “Tenda HUNTARA”. Ya, tenda ini adalah hasil inovasi dan karya bangsa kita, yang bisa dimanfaatkan dan menjadi solusi ketika terjadi bencana alam atau bencana lainnya.
Tempat tinggal adalah hal yang paling penting apabila terjadi bencana, tentu untuk tempat tinggal siapa pun ingin tinggal di tempat yang nyaman bagaimana pun keadaannya. Lalu bisakah ketika terjadi bencana para korban mempunyai hunian yang nyaman? Tentu bisa, dengan tenda Huntara para korban bisa terlindung dari panas, hujan dan angin. Tenda ini juga dilengkapi dengan sekat untuk menyimpan barang atau memisahkan antara tempat orang tua dan anak, karena bareng tentu para orang tua mempunyai kebutuhan yang berbeda dengan anak-anak.
[caption id="attachment_357135" align="aligncenter" width="614" caption="Dok. http://properti.kompas.com"]
Tenda ini memiliki rangka besihollow4 cm x 4 cm dengan tebal 1,2 mm. Rangka tenda ditutup dengan kain D300 yang tahan air dan panas. Tenda ini juga memiliki sirkulasi udara yang mencukupi udara dalam ruangan. Kreatifnya para ilmuan Litbang Kementrian Pekerjaan Umum membuat tenda ini memiliki dua lantai, yang barang tentu bisa dipergunakan untuk tinggal bila mempunyai anak lebih dari dua atau bisa juga digunakan untuk menyimpan barang-barang milik korban bencana.
Keunggulan dari tenda Huntara adalah bisa di bangun dengan waktu yang retalif singkat namun kontruksi tenda ini sangat kuat sesuai standar keamanan Litbang Kementrian Pekerjaan umum. Dan ketahanan tenda ini kurang lebih sekitar 3 tahun. Waktu ini sudah sangat cukup untuk menjadi tempat tinggal sementara yang nyaman bagi para korban bencana.
Hemat saya, Kementrian Pekerjaan Umum harus bekerja sama dengan badan-badan nasional penanggulangan bencana agar mampu memberikan bakti yang besar kepada masyarakat umum khususnya kepada mereka para korban bencana.
Sisi Religius Kementrian Pekerjaan Umum
[caption id="attachment_357139" align="aligncenter" width="614" caption="Dok Pri"]
Sesaat sebelum mengikuti acara, karena saya datang lebih awal dari jadwal yang ditetapkan. Saya putuskan menjalankan ibadah sholat dzuhur di area kantor Kementrian Pekerjaan Umum, setelah bertanya kanan kiri saya ditunjukkan seorang pegawai masjid yang berada tidak jauh dari tempat acara nangkring.
Saya bergegas karena ingin sholat berjama’ah, hal yang membuat tercengang adalah ketika saya sampai masjid yang berada di lingkungan Kementrian Pekerjaan Umum bisa dikatakan cukup besar. Saya bergumam dalam hati “masjid sebesar ini ada jama’ahnya apa?”.
Tak disangka pertanyaan saya di jawab kontan saat itu juga, ketika saya naik beberapa anak tangga menuju tempat wudhu yang berada dibelakang masjid, “Ya Tuhan, banyak sekali yang sholat berjama’ah” dengan sigap saya langsung mengambil gambar ketika imam dan para jema’ah sedang melaksanakan sholat.
Keheranan dan kagum menyelimuti sanubari. Kaki saya merasa ngilu karena sebelumnya saya belum pernah melihat masjid sepenuh itu. Dalam keheranan saya mengambil wudhu sambil banyak pertanyaan. Ah, semua pertanyaan itu saya buat dulu jauh-jauh ketika saya melaksanakan sholat.
[caption id="attachment_357140" align="aligncenter" width="461" caption="Dok Pri"]
Setelah melaksanakan sholat pun saya harus tertegun melihat betapa para jema’ah sholat Kementrian Pekerjaan Umum khusyuk mendengarkan ceramah singkat dari seorang imam, dan lagi-lagi saya tidak bisa beranjak pergi setelah selesai ceramah sang imam. Sang imam memberikan intruksi kepada para jama’ah mengambil Al-Qur’an untuk menyimak bacaan yang di lantunkan merdu oleh imam. Dan para jema’ah pun dengan khidmat mengikuti intruksi beliau dan tunjukkan halaman berapa yang akan dibaca.
Sejujurnya ini adalah pemandangan yang jarang saya lihat selama saya berada di Jakarta. Dalam lantunan ayat suci Al-Qur’an saya berfikir bahkan malu, karena saya belum mampu dengan istiqomah membaca Al-Qur’an seperti para pegawai Kementrian Pekerjaan Umum lakukan, ditengah kesibukan bekerja dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Saya pun bergegas mengambil Qur’an dan mengikuti bacaan imam. Setelah selesai satu lembar membaca kami para jemaah diberikan sedikit tafsir tentang apa yang kami baca.
Dan imam pun memberikan pengetahuan spiritual yang sederhana, agar kami para jemaah memahaminya. Baik kalangan tua maupun muda mendengar dengan penuh perhatian, dan setelah itu barulah imam menutup dengan mengucapkan salam.
Ah, saya jadi ingat apa yang pernah disampaikan oleh kakek bahwa setiap perjalanan akan memberikan pembelajaran. Dan dari Kementrian Pekerjaan Umum saya mendapatkan baik ilmu dunia dan ilmu akhirat.
Siapapun Bisa Miliki RISHA Atau RIKA
[caption id="attachment_357134" align="aligncenter" width="614" caption="Dok. http://dpu.langkatkab.go.id/"]
Produk unggulan dari Kemertrian Pekerjaan Umum adalah RISHA dan RIKA. Apakah itu? RISHA adalah Rumah Instan Sederhana Sehat dan RIKA adalah Rumah Kayu Instan. Keduanya adalah hasil dari inovasi yang tiada henti dari Kementrian Pekerjaan Umum, yang telah melalui riset tidak sebentar bisa dikatakan kedua produk tersebut telah konsep dari tahun 2006 dan telah melalui laboratorium dalam pengujian kelayakan bangunan.
RISHA dan RIKA ditargetkan kepada masyarakat menengah kebawah. Namun kedua adalah rumah layak huni yang dapat dibangun dalam waktu yang relatif singkat, bila tipe 36 mampu dibangun hanya dengan waktu tiga hari. Bayangkan, dalam waktu yang relatif singkat kita bisa mempunyai rumah.
Lalu bagaimana dengan kwalitas bahan yang digunakan untuk membangun RISHA dan RIKA. Tenang material yang dibuat oleh para peneliti Kementrian Pekerjaan Umum adalah material yang bukan hanya kuat namun juga khusus. Mengapa material ini khusus? Karena material khusus ini adalah hasil inovasi yang telah di uji laboratorium ternama di Indonesia. Dan tentunya berbeda dengan material rumah lainnya. Akan tetapi tidak mengurangi fungsi rumah itu sedikitpun. Dan daya tahan RISHA dan RIKA adalah 20 tahun.
Tidak kalah penting dari keistimewaan RISHA dan RIKA, yaitu, keduanya tahan akan gempa. Ya, RISHA dan RIKA sudah di design sedemikian rupa agar mampu mengadapi gempa berapapun kekuatan gempa tersebut. Dan yang paling unik dari RISHA dan RIKA adalah ketika kita pindah rumah RIHSA dan RIKA juga bisa kita bawa dan dipindahkan kemanapun kita mau. Istimewa sekali bukan? Oleh karena itu cintailah produk bangsa kita sendiri yang nyatanya mampu bersaing dan tak kalah inovatif dari bangsa lain.
[caption id="attachment_357133" align="aligncenter" width="614" caption="Dok. http://puskim.pu.go.id/"]
Bukti dari pengaplikasian RISHA dan RIKA sudah banyak dilakukan. Seperti di Bandung, Jakarta, Cimahi, Aceh dan beberapa daerah lainnya.
Pergantian Nama Kementrian Pekerjaan Umum
Harap diketahui bahwa dalam sela-sela nangkring Kepala Bidang Program dan Kerjasama-Puslitbang Permukiman Iwan Suprijanto, ST, MT menyatakan bahwa ada pergantian nama Kementrian Pekerjaan Umum (KEMENPU) menjadi Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KEMENPERA).
Pergantian nama ini baru dilaksanakan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, dan yang menjabat sebagai Mentri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah DR. Ir. Mochamad Basuki Hadimuljono, M.Sc.