[caption caption="Dok. Pri | Cawan Kitchen "][/caption]
Rasanya baru saja terlelap sore itu, tapi Bunda sudah membangunkan saya untuk pergi menuju salah satu acara. Dimana dalam acara itu saya dan Bunda menjadi peserta. Walau dengan mata berat, tapi apa mau di kata tetap harus pergi menuju tempat acara.
Setelah mencuci muka, saya bergegas untuk bersiap-siap dengan berdandan ala-kadarnya dengan kaos oblong, jins dan jaket gunung tipis kesayangan. Beberapa menit di rasa siap, kemudian saya memanaskan motor agar ketika berkendara lebih nyaman dan aman. Bunda datang menuju tempat saya memanaskan motor dengan membawa dua helm, kami pun berangkat menuju tempat acara pukul 16.30 wib kurang lebih.
Karena perjalanan begitu lancar, tanpa ada macet saya dan Bunda sudah sampai di tempat acara di sebuah cafe di kawasan Ciumbuleit Bandung. Cawan Kitchen nama cafe tersebut, dari penampakan luar cafe ini terasa begitu cerah, karena di dominasi warna putih luar dan dalam.
Para pelayan pun dengan sigap menyambut saya dan Bunda yang baru saja masuk pelataran parkir. Dan ketika bertanya di mana tempat acara atas sebuah event, kami pun di persilahkan di sebuah meja yang begitu panjang membentang dan sudah di hadiri oleh teman-teman Blogger Bandung. Terlihat beberapa saya kenal seperti Kang Fauzi, Mbak Ima, Kang Koko, Kang Ali dan teman-teman lainnya.
Ketika para pelayan memberikan sebuah menu, saya mencari menu minuman terlebih dahulu. Saya mencari-cari menu kopi, karena ketika itu rasa kantuk saya belum juga hilang karena sehari sebelumnya saya baru saja camping bersama beberapa teman dan masih kurang istirahat. Menu kopi tidak saya temukan, lansung saja saya bertanya kepada pelayan bertanya adakah kopi di Cawan Kitchen. Saya bersyukur ketika pelayan manis tersebut menyatakan bahwa tersedia kopi aroma, dan satu cangkir kopi aroma saya pesan untuk temani sore hari yang terlihat akan berangsur gelap.
[caption caption="Dok. Pri | Suasana Cawan Kitchen Yang Nyaman "]
Ketika pelayan mempertanyakan menu utama, saya cukup kebingungan. Ketika itu saya tidak merasa lapar dan yang tersaji sepanjang yang saya lihat adalah menu berat. Sampai akhirnya saya bertanya kepada pelayan menu apa yang cocok untuk menemani kopi, dan sang pelayan manis di pandang oleh mata tersebut memberikan saran saya untuk memesan martabak toblerone.
Martabak Toblerone? Ya, martabak sepertinya cocok gumam saya dalam hati sambil berfikir. Tidak berfikir terlalu akhirnya menu martabak menjadi pesanan makanan utama saya sore itu.
Selain cocok menjadi teman sang kopi aroma, tentunya menjadi lebih asyik karena sore itu menemani saya yang sedang diserang rasa kantuk. Terlebih saya juga baru tahu kalau ada martabak Toblerone, hmmmm, membayangkannya saja rasanya sudah ngiler di mulut.
[caption caption="Dok. Pri | Kopi Aroma Yang di Sajikan"]