Kenikmatan bulan Ramadan barang kali, dapat dihitung dengan jari saja. Hitungan hari tersebut, bulan Ramadan akan berakhir. Boleh jadi aktifitas akan berjalan berbeda, mulai dari kebiasaan makan, beribadah, hingga keseharian. Akan tetapi, kesibukan pada akhir bulan Ramadan sangat terasa, terutama kesibukan di pelbagai pusat perbelanjaan, mulai dari konsep tradisional hingga konsep modern.
Beberapa anggota keluarga saya pun turut andil dalam meramaikan pusat perbelanjaan di Bandung, mulai dari pusat pakaian Muslim, sepatu, hingga penjaja bunga. Setiap dari mereka, memiliki kegemaran tersendiri dalam menyalurkan berkah Ramadan yang telah di dapat. Tak hanya itu, ada pula yang masih mengemasi pelbagai keperluan, untuk keperluan mudik ke tempat tujuan.
Dari semua kesibukan yang hadir, sebenarnya pada saat bersamaan pula, biasanya kami melakukan kegiatan membersihkan rumah. Atau paling tidak, mengubah beberapa posisi barang tertentu agar mata tak bosan. Pada kesempatan tersebut, biasanya kami menyortir barang yang ada di rumah, apakah masih digunakan atau sudah tak digunakan.
Setiap tahun kegiatan menyortir barang tetap keluarga kami lakukan, tapi entah mengapa barang di rumah terasa masih terasa banyak, terutama pakaian. Kalau boleh jujur, saya sudah tak memiliki banyak pakaian di rumah. Akan tetapi hal tersebut ternyata bikin saya bingung sendiri, karena pada saat acara formal boleh jadi saya selalu kalap mencari pakaian formal.
Tak hanya pakaian yang kami pilah, buku-buku pun biasanya kami pilah berdasar kebutuhan. Tapi boleh jadi buku adalah yang tidak pernah ada kata habis, mungkin kegemaran keluarga kami dalam membeli buku cukup tinggi, sehingga setiap tahun volume buku di rumah terus bertambah, walaupun kegiatan sortir terus dilakukan.
Selain kegiatan membersihkan rumah, kegiatan yang biasa keluarga kami lakukan ialah, berbuka bersama keluarga besar. Pada saat akhir bulan Ramadan, mungkin bagi keluarga besar kami kesempatan berkumpul bersama-sama. Kegiatan kumpul bersama biasanya didanai oleh almarhumah Mamah (baca: Nenek), dan para cucu yang bertugas untuk berbelanja dan memasak dibantu oleh para Bibi dan Paman, sebagai komando atas masakan tertentu.
Tak jarang pula, kegiatan belanja dan masak kami lewati, dengan cara memesan sebuah panganan kepada salah seorang kenalan, atau kepada jasa masak dengan menu tertentu. Hal tersebut dilakukan biasanya, atas pesanan donatur tercinta yang ingin makanan khas tertentu, dengan rasa yang otentik, semisal Coto Makassar dan Konro. Ya, masakan khas Sulawesi biasa jadi pilihan, karena Kakek saya dari pihak Ibu berasal dari kawasan tersebut.
Keinginan berkumpul bersama secara lengkap, selalu menjadi yang dirindukan oleh Mamah. Namun pada kenyataannya, pada setiap tahun tidak dapat kumpul secara lengkap seluruh keluarga besar. Hal tersebut mungkin sedikit sulit terlaksana, karena cucu-cucu Mamah yang memang tinggal di pelbagai penjuru Indonesia. Sehingga sulit untuk pada sebuah waktu, kumpul secara bersamaan. Terlebih kebanyakan dari para cucu, telah memiliki keluarga sendiri.
Entahlah, mungkin semesta belum berkehendak akan hal itu. Namun semoga suatu saat, kelengkapan dalam berkumpul, dapat terlaksana pada saat Ramadan mendatang.