Ramadan adalah bulan ibadah, semua kebaikan yang kita lakukan niscaya akan mendapat imbalan yang berlimpah. Tidak hanya ibadah wajib, bahkan tidurnya orang berpuasa pun mendapat ganjaran pahala.
Layaknya Ramadan dari tahun ke tahun, moment berbuka puasa bisa menjadi beribu makna. Menambah kedekatan keluarga sampai menjalin tali rilaturahmi bersama kerabat dan sahabat.
Kalau di awal-awal bulan Ramadan sudah bisa dipastikan kita sebisa mungkin berbuka bersama keluarga tercinta. Tapi itu hanya bagi yang beruntung jika kita berada dekat dengan keluarga.
Lalu bagaimana dengan saudara-saudara kita yang dengan tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab lainnya harus jauh  dari keluarga saat Ramadan baru dimulai.
Saya termasuk beruntung, karena setiap tahun di awal Ramadan selalu bisa menyempatkan atau memaksa untuk menyempatkan untuk bisa berbuka bersama keluarga di hari pertama Ramadan. Setelah lewat seminggu puasa, biasanya jadwal berbuka saya makin ajaib.
Yang agak rumit adalah, saat ada ajakan buka bersama yang dijadwalkan oleh teman-teman dekat. Baik itu teman masa sekolah, teman kelompok kuliah, teman komunitas sampai jadwal buka bersama gebetan.
Urutan acara buka puasanya sih sama saja, tunggu waktu maghrib tiba, dimulai meminum yang manis, makan gorengan, shalat maghrib, makan besar, haha-hihi lalu setelah selesai bubar jalan. Nggak ada yang berubah dari tahun ke tahun.
Tapi yang jadi perdebatan panjang adalah saat menentukan tanggal buka bersama agar sesuai dengan jadwal masing-masing orang. Berdasarkan pengalaman berbuka puasa bersama, akan sangat mustahil akan bisa hadir 100 persen, pasti ada saja yang berhalangan hadir dengan alasan yang memang tidak bisa dihindarkan. Dan semua pun akan memakluminya, karena ini bulan suci yang penuh berkah.
Yang jadi pertanyaan adalah, Hari keberapa kita menghadiri undangan buka bersama bersama kerabat?. Ingat ya ini kerabat bukan keluarga.
Hari keberapa? Ke-5, ke-7 atau ke-10?