Tekad ingin membantu tersebut ternyata menggetarkan banyak hati, sehingga lembaga ini berkembang dengan pesat setiap tahun. Tak kurang dari inovasi dan pelatihan penanganan bencana terus dilakukan oleh ACT secara berkesinambungan.
ACT berkantor di Menara 165 Lantai 11, ditempat inilah berbagai konsep penanganan bencana dibuat. Tak kurang dari itu, konsep-konsep penanganan bencana tersebut terus diperbaharui, guna menghadirkan profesionalisme pada para relawan yang bergabung dalam menangani korban bencana di berbagai wilayah.
Hal yang cukup serius dilakukan oleh ACT dalam penanganan bencana, tak hanya penanganan pada masa bencana (rekonstruksi) saja, tapi juga pada pasca bencana (rehabilitasi).
Dalam acara tersebut turut hadir Imam Akbari, selaku Senior Vice President. Hadir pula Iqbal Setyarso dan Hariyani Hermain. Adapun Hafid T Mas’ud memandu acara dengan cukup baik dan meriah.
SABDA ALAM ITU BERNAMA BENCANA
Dalam kamus bahasa Indonesia, bencana bermakna sesuatu yang menyebabkan kesusahan, kerugian, penderitaan, kecelakaan, bahaya, dan gangguan. Namun tanpa melihat kamus pun, dalam benak kita semua, kata bencana merupakan yang tidak pernah diinginkan oleh siapapun.
Akan tetapi, ada satu ungkapan yang sampaikan seorang Dalang terkenal Indonesia, ia mengatakan bahwa “bencana ialah sabda alam”.
Dalam bencana, barang tentu hadir kesedihan, kehilangan, kerusakan, korban jiwa, dst. Akan tetapi, bencana tersebut memang benar sabda alam yang mulia. Dimana segala hal memiliki hikmah tertentu, yang akan memberikan pembelajaran bagi manusia.
Tak hanya pembelajaran, namun menjadi misi untuk saling berbagi satu dengan yang lain, misi saling membantu satu dengan yang lain, misi untuk bersama-sama bangkit dari keterpurukan. Ya, sabda alam tersebut benar adanya, bencana bukan lagi sebuah hal yang dianggap muram dan gelap, namun bisa menjadi cahaya pembelajaran bagi siapapun.
Para dermawan belajar berbagi sebagian harta nya untuk para korban, para relawan belajar untuk amanah dan berusaha memenuhi kebutuhan para korban. Kemudian para korban belajar untuk menata kembali masa depan, bahwa pilihan untuk bangkit menjalani hidup masih tetap ada.