Mohon tunggu...
Fawwaz Ibrahim
Fawwaz Ibrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis Pendidikan

Belajar untuk menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pulau Onrust: Mistis Romantis yang Tipis dengan Hal Miris

9 November 2015   10:19 Diperbarui: 9 November 2015   11:18 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Dok. Pri | Pulau Onrust "][/caption]Setelah menikmati pulau Bidadari dengan kokohnya benteng Martellonya, dua buah kapal sudah disiapkan oleh penyelenggara acara untuk pergi menuju pulau Onrust, pulau Kelor dan pulau Cipir. Pulau-pulau tersebut adalah pulau yang memiliki sejarah menarik yang kalau diceritakan, tentu tidak banyak orang yang mengetahui. Oleh karena tidak banyak orang yang mengetahui, maka saat itu kami ditemani pak Candrian sebagai salah seorang dari yang mengetahui sejarah pulau-pulau tersebut.

Akan tetapi sebelum pergi menuju pulau tersebut, siang itu para kompasianer dipersilahkan dulu untuk makan siang dan juga check-in kamar. Kebetulan satu kamar berisi sekitar empat orang, dan saat itu saya sekamar dengan blogger yang cukup senior seperti mas Haris Maulana dan Rahmat Hadi. Mereka adalah blogger kaliber profesional yang setiap tulisannya patut diperhitungkan, lalu bagaimana dengan aku? Ah, aku ini masih dalam proses belajar menulis dengan baik, pun ada yang mengapresiasi itu suatu hal yang buat ku bersyukur, karena Tuhan memberikan kesempatan itu kepada ku, salah satunya dengan kepercayaan mengikuti acara “Eksplorasi Pulau Bidadari” ini. Dimana kementrian pariwisata dan kompasiana menjadi kepanjangan tangan Tuhan yang memberikan kesempatan tersebut.

Makan siang pun selesai, mbak Widha membagi para peserta menjadi dua kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 10 orang, karena di kapal yang akan kami naiki hanya mampu menampung 10 penumpang, oleh karenanya pembagian tersebut diperlukan. Pun aku masuk di kapal kedua bersama beberapa teman.

Namun entah mengapa saat itu aku harus satu kapal dengan Yosh Aditya, ya, ia adalah sang pembawa acara yang luar biasa aktif dalam berbicara. Menarik ia cukup paham dengan sejarah beberapa pulau yang ada disekitaran pulau Bidadari, seperti pulau Cipir, pulau Kelor, dan juga pulau Onrust yang akan kami datangi. Andai saat itu aku satu kapal dengan pak Candrian, dipastikan aku akan lebih banyak mengetahui sejarah secara komprehensif dari ahlinya, namun keberadaan Yosh saat itu secara tidak langsung memberikan pengetahuan awal sebelum kami merapat di pulau Onrust. Tentu kami akan bisa mengobjektifkan informasi yang diberikan Yosh saat itu, tentunya kepada pak Candrian selaku pakar sejarah.

Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit untuk sampai pulau Onrust, sebuah plang terpampang dengan begitu jelas bertuliskan “Taman Arkeologi Onrust”. Sempat heran mengapa disebut dengan taman arkeologi, dan aku hanya berfikir bahwa akan menemukan banyak peninggalan jaman terdahulu di pulau tersebut. Ya, bisa jadi aku akan mendapatkan hal yang bisa jadi melebihi itu.

[caption caption="Dok. Pri | Kapal kecil yang mengangkut sebagian peserta menuju pulau Onrust"]

[/caption]

Setelah kedua kapal merapat di pulau, dan para peserta turun, pak Candrian langsung mengajak kami kesalahsatu sisa bangunan yang dindingnya masih terlihat kuat, namun memang berbeda dengan benteng Martello yang memiliki bentuk kokoh sebuah bangunan, karena bangunan yang ketika itu kami kunjungi kala itu sangat mirip dengan sebuah rumah, walau tidak memiliki atap. Beberapa pondasinya pun masih terlihat menawan, tidak kurang lantai dari bangunan tersebut masih dapat terlihat jelas.

Pak Candrian pun berhenti disalah satu bagian bangunan, kami berkumpul mengelilingi beliau. Dimulailah pak Candrian menceritakan sejarah pulau Onrust dari waktu ke waktu, awalnya menurut beliau bahwa pulau Onrust adalah pulau dimana tempat persinggahan kapal-kapal jaman dahulu, untuk apa pulau tersebut singgah ke pulau Onrust? Menurutnya selain untuk mengistirahatkan badan para awak kapal, pulau ini menjadi pulau untuk memperbaiki kapal-kapal yang rusak dalam perjalanan, rupa pulau Onrust jaman dahulu adalah bengkel kapal yang cukup terkenal namanya, sehingga banyak kapal yang mampir dalam pelayarannya untuk memperbaiki kapal di pulau tersebut. Kabarnya juga, pulau tersebut pernah disinggahi oleh penemu benua Australia dalam ekspedisi pelayarannya mencari benua baru, siapakah dia? Ia adalah James Cook, dan kisah tersebut menurut pak Candrian tertulis dalam buku cacatan James Cook, akan tetapi memang James Cook tidak menyebutkan secara spesifik pulau tersebut.

Itu baru fungsi awal pulau Onrush, yang paling menarik dalam ingatan ku pada pulau ini adalah masa kedua dari perjalanan pulau Onrush, mengapa? Karena pada masa kedua, pulau Onrust beralih fungsi dari pulau tempat memperbaiki kapal, menjadi rumah sakit tempat menyembuhkan para calon jama’ah haji pada masa Belanda, diasumsikan itu sekitar tahun 1911-1930 M. Pada masa tersebut, pulau tersebut menjadi asrama haji sebelum para haji berangkat menuju tanah suci, yang menjadi sebuah keheranan dalam benak ku, mengapa Belanda sudi repot-repot mengurus rakyat yang ingin berhaji? Entahlah, aku tidak menemukan jawaban akan hal itu, yang pasti menurut penuturan pak Candrian, bahwa pengurusan haji pertama kali di Indonesia adalah dikelola oleh Belanda, ya, oleh Belanda.

[caption caption="Dok. Pri | Pak Candrian memberikan pemaparan santai di Pulau Onrust"]

[/caption]

Bagaimana mereka mengurus haji tersebut? tentu dengan syarat dan pra-syarat tertentu yang dibuat oleh Belanda, antara lain syarat yang harus dipenuhi oleh para calon jemaah haji pada masa itu adalah, membeli tiket pulang pergi sekaligus, menurutnya hal tersebut menjadi sebuah keuntungan tersendiri yang dimiliki oleh Belanda, karena bisa dipastikan tidak akan semua jemaah haji pergi dan pulang dengan jumlah yang sama, oleh karenanya itu menjadi ladang keuntungan yang hadir pada masa itu. Selain itu, tidak ada batasan umur untuk berhaji pada masa itu, terbukti dengan banyak calon jemaah haji lintas generasi pada dokumentasi yang tersimpan di museum pulau Onrust.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun