Alarm dari smartphone berbunyi sangat keras, saya terbangun dengan malasnya. Kemudian melirik smartphone untuk memastikan sudah pukul berapa, sampai-sampai alarm tidak mau berhenti berbunyi. Ternyata sudah pukul 04.30 wib, saya bergegas untuk mengambil peralatan mandi dan menuju tempat kamar mandi terdekat dan kosong, maklum saya tinggal bersama banyak teman yang dimana fasilitas umum harus bergantian dalam pemakaian. Setelah jiwa dan raga siap untuk pergi, saya hubungi beberapa teman kampus yang juga kompasianer untuk bertemu di gerbang depan agar berangkat bersama.
Saya dan teman-teman harus cepat bergegas menuju car free day kawasan senayan untuk mengikuti acara test bike yang di adakan oleh Thrill dan Kompasiana. Dan kami pun menembus dingin di pagi buta, dan mencari kendaraan untuk berangkat menuju tempat acara.
Entah mengapa harus sepagi itu, akan tetapi estimasi perjalanan dari kawasa fatmawati menuju meeting point yang di janjikan bisa dikatakan cukup memakan waktu. Oleh karena itu, saya dan teman-teman berangkat lebih pagi, agar acara tepat pada waktunya.
Perlu dua kali naik angkutan umum dari tempat saya tinggal menuju tempat acara, akan tetapi pagi itu saya tidak sendiri, saya bersama ketiga teman yang juga mengikuti acara yang sama. Oleh karena itu, pagi buta itu kami lewati dengan kegembiraan di sepanjang jalan. Walau sebenarnya, rasa kantuk kami tidak bisa dibohongi.
Setelah sampai di salah satu halte di kawasan Senayan, kami turun kemudian mencari teman-teman kompasianer yang lainnya. Ternyata belum ada yang terlihat dari pantauan, hingga akhirnya, walau tepat hadir pukul 6 pagi, kami malah berjalan-jalan terlebih dahulu sambil memantau teman kompasianer lain dan juga para admin yang menjadi penanggung jawab acara tersebut.
Setelah beberapa kali menghubungi admin, akhirnya kami menemukan meeting point yang di janjikan. Perkenalan antara pihak Thrill dan kompasianer pun mengalir begitu saja. Mungkin itu yang saya rasakan, hingga akhirnya saya merasa sangat santai dalam mengikuti acara test bike tersebut.
Dalam acara tesebut ada tiga varian yang digunakan oleh para kompasianer yaitu, Cleave Gent, Vanquish 1.0 dan Ravage 1.0. Kebetulan saya merasakan dua sepeda dari tiga yang di sediakan oleh pihak Thrill. Yaitu Vanquish 1.0 dan Ravage 1.0, kisaran harga untuk varian Vanquish di bandrol dengan harga kurang lebih 4 juta, dan Ravage kisaran 9 juga.
Awalnya saya cukup kaget dengan harga yang ditawarkan oleh Thrill dengan dua varian yang saya gunakan, akan tetapi ketika merasakan langsung kedua sepeda tersebut. Ternyata harga memang tidak pernah bohong. Benar-benar berbeda. Akan tetapi saya lebih tertarik untuk melirik Ravage 1.0 dalam tulisan saya kali ini.
Pertama dalam hal tampilan, Ravage 1.0 terlihat lebih menonjol dari dua sepeda yang disediakan. Entah mengapa, akan tetapi saat pertama melihat Ravage saya sangat kagum. Tampilan dinamis dengan lekuk yang tetap nyaman dilihat dalam frame. Selain itu design Ravage terlihat sangat berkarakter lebih berani. Itu baru dilihat dari samping, kalau melihat dari depan logo Thrill berinisial “T” dengan gayanya terpampang menambah kesan berani pada Ravage 1.0.
Walau belum meiliki cacatan panjang dalam dunia sepeda. Akan tetapi, sedikit demi sedikit keberadaan Thrill sebagai Sub-Brand Wimcycle telah mengukuhkan posisi masyarakat nasional dan internasional. Tentunya hal itu tidak semerta-merta hadir, akan tetapi dalam pembangunan sudut pandang yang ada pada konsumen, hal yang di perhatikan adalah kwalitas dan kuantitas. Hadirnya Ravage 1.0 adalah salah satu bentuk manifestasi Thrill dalam memperkuat kepercayaan masyarakat dunia atas brand ini.