Mohon tunggu...
Fawwaz Andhika
Fawwaz Andhika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Pembelajar

Suka menulis dan membaca, mendengarkan musik, dan menikmati hidup.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pragmatik Dalam Hubungan Sosiologi

22 Desember 2024   06:28 Diperbarui: 22 Desember 2024   06:28 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pragmatik Dalam Hubungan Sosiologi

Kehidupan manusia telah mengalami perkembangan yang pesat dari segala aspek kehidupan, khususnya di bidang pengetahuan dan pola pikir. Hal ini juga dipengaruhi oleh perkembangan bahasa dan ilmu bahasa dari waktu ke waktu. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik secara verbal maupun nonverbal. Bahasa verbal adalah bahasa yang disampaikan melalui kata-kata baik lisan maupun tulisan, sedangkan bahasa nonverbal adalah bahasa yang disampaikan melalui isyarat, mimik atau ekspresi wajah, gerak tubuh, gestur, atau sentuhan fisik. Kedua bahasa ini saling melengkapi satu sama lain. Dan yang akan saya kaji dalam tulisan singkat ini adalah bahasa dari segi pragmatik.

Apa itu pragmatik? Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan konteks, serta hubungan antara lambang dengan arti atau penafsirannya. Sejalan dengan yang saya jabarkan di atas bahwa bahasa baik secara verbal maupun nonverbal saling melengkapi satu sama lain, di mana komunikasi atau tindak tutur antara penutur dan lawan tutur merujuk pada suatu objek atau sesuatu hal.  Pragmatik mengkaji hal tersebut, hubungan antara bahasa penutur dengan tindak tuturnya. Pragmatik sendiri memiliki cabang kajian, yakni: deiksis, implikatur, praanggapan, tindak tutur atau tindak bahasa, dan struktur wacana. Dalam ilmu bahasa, pragmatik digunakan untuk memahami kemampuan dan perkembangan bahasa pada peserta didik. Sedangkan dalam ilmu sastra, pragmatik digunakan untuk menilai maksud atau tujuan dari karya sastra. 

Baik. Dari penjabaran di atas, dapat kita simpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana hubungan bahasa verbal dan nonverbal dengan apa yang dimaksud dalam pembicaraan atau tindak bahasa. Contoh: ketika guru atau dosen Anda masuk ke kelas dan mengatakan "Panas banget ya kelasnya..." Terdapat dua konteks dalam kalimat tersebut. Secara eksplisit, beliau mengatakan udara di kelas Anda terasa panas. Namun jika Anda dan teman-teman Anda lebih peka, akan terasa secara implisit bahwa beliau meminta agar AC atau kipas angin dinyalakan. Dari sini kita memahami bahwa dengan mempelajari pragmatik akan melatih kita berpikir kritis, mengembangkan kemampuan berbahasa, serta melatih kepekaan sosial baik di lingkungan pendidikan maupun kehidupan bermasyarakat.

Fenomena kesulitan dan salah kaprah dalam berbahasa seringkali kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh dari teman-teman saya dan pengalaman saya pribadi, beberapa kali kami mengalami kesulitan ketika berkomunikasi, di mana terdapat kesalahpahaman yang menyebabkan perselisihan. Sebagai contoh: ada teman saya yang curhat dengan gurunya bahwa ia sering direndahkan dan dibully karena pekerjaan ayahnya "cuma tukang becak". Guru itu malah salah paham dan marah, beliau mengira teman saya malu punya ayah tukang becak dan bilang "Maksud kamu apa bilang 'cuma'? Tukang becak itu pekerjaan mulia. Jangan salah kamu!"

Padahal, maksud teman saya menyebut kata "cuma" bukan untuk merendahkan ayahnya sendiri. Namun ia hanya menyampaikan apa yang dikatakan orang-orang yang membullynya, menyampaikan perasaannya. Alhasil bukannya mendapat ketenangan atas masalahnya, teman saya malah dicap buruk oleh gurunya. Hal ini pula yang membuat saya pribadi enggan untuk terbuka kepada orang lain. Karena setiap kali kami bercerita tentang masalah kami, bukannya mendapatkan pencerahan, ketenangan, apalagi solusi. Yang ada kami hanya disalahkan dan mendapat masalah baru. Masalah yang sama juga sering saya rasakan dengan keluarga dan teman-teman lain yang sulit diajak berkomunikasi. Tidak banyak orang yang mau menjadi pendengar dan berpikir bijak dalam menyikapi masalah. Ego yang terlalu tinggi dan selalu ingin terlihat benar juga memicu perkara. Alhasil yang terjadi adalah perpecahan dan akhirnya enggan untuk bersuara.

Kembali ke kajian pragmatik. Hubungan antara penutur, tindak tutur, dan lawan tutur. Pentingnya mempelajari bahasa dan melatih kepekaan diri dalam berpikir dan menyikapi masalah. Sebagaimana dalam mengkaji karya sastra, di mana pragmatik digunakan untuk mempelajari maksud dan tujuan karya sastra tersebut, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai yang sama kita pelajari dalam kehidupan sosial. Pentingnya mempelajari bahasa dengan baik dan benar, serta belajar menjadi bijak agar komunikasi satu sama lain bisa terjalin dengan baik.

Oleh: Fawwaz Andhika Ylmaz

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun