MENJAGA PERSATUAN DAN IDENTITAS BANGSA INDONESIA MELALUI BAHASA
      Bahasa merupakan alat komunikasi manusia, baik secara verbal (perkataan) maupun nonverbal (tindakan/isyarat). Bahasa memiliki peranan utama dalam kehidupan manusia baik secara pribadi maupun secara sosial, di mana melalui bahasa kita dapat belajar dan berpikir. Bahasa juga menunjukkan identitas, kepribadian, dan pemikiran seseorang. Sebagaimana pitutur luhur dalam bahasa Jawa: "Ajining dhiri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana" (Kehormatan diri ada pada lidah (ucapan), kehormatan lahiriah ada pada busana).Â
     Dari pitutur luhur tersebut, dapat kita pahami bahwa bahasa memiliki peranan penting di mana jati diri seseorang juga ditentukan oleh bahasa dan tutur katanya. Bangsa Indonesia sendiri memiliki bahasa resmi yakni bahasa Indonesia, yang juga menjadi identitas utama bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia juga disebut sebagai bahasa persatuan, sebab meskipun Indonesia terdiri dari beragam suku, ras, dan agama namun semuanya tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi.
      Bahasa Indonesia sendiri merupakan rumpun dari bahasa Melayu, yang menyerap banyak kosakata dan istilah dari bahasa-bahasa asing (`Arab, Inggris, Belanda, Spanyol, dll.). Seiring berjalannya waktu, bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan. Khususnya di Era Globalisasi seperti yang kita rasakan saat ini. Di kalangan generasi muda sendiri, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar banyak diabaikan. Anak-anak muda kekinian lebih banyak menggunakan bahasa-bahasa gaul atau berupa kode, baik ketika berbincang santai dengan teman ataupun untuk tujuan yang tidak baik, seperti bergosip misalnya. Contoh:
"Idiiih.... ciriwit bingits deh itu guru, milis bingits gue dingirinnya! (Aduuuh.... cerewet banget deh itu guru, males banget gue dengerinnya!)"
"Ya ampyuun... cipi bingits deh lu jidi orang (Ya ampuun... cupu banget deh lu jadi orang)!"
"Cipik dipikirin (Capek dipikirin)!"
      Umumnya bahasa seperti ini seringkali digunakan di kalangan remaja putri. Bahkan para mahasiswi pun sering menggunakan bahasa ini meskipun saat mengucapkan salam dan segala hal lainnya yang berhubungan dengan agama:
"Issilimi'ilikim," yang maksudnya: "Assalaamu`alaikum."
"Yi Illih...." yang maksudnya: "Ya Allah!"
      Berdasarkan pengalaman penulis sendiri pada saat duduk di sekolah menengah pertama (SMP), terdapat bahasa kode yang umum digunakan untuk bergosip atau membicarakan keburukan orang lain. Penggunaan bahasa kode ini dengan menambahkan atau menyisipkan huruf lain di antara suku kata dalam setiap kalimat. Contoh: