Mohon tunggu...
FAWER FULL FANDER SIHITE
FAWER FULL FANDER SIHITE Mohon Tunggu... Penulis - Master of Arts in Peace Studies
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tidak cukup hanya sekedar tradisi lisan, tetapi mari kita sama-sama menghidupi tradisi tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Intolerasi sebagai Alat Politik di Indonesia

18 April 2021   21:17 Diperbarui: 18 April 2021   21:43 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto ilustrasi dari diakonia.id

Gerakan intolerasi semakin subur karena tujuan politik, aksi demi aksi terus berjalan demi kedudukan di kekuasaan, hingga masyarakat dibawah mengalami konflik terbuka antar sesamanya yang pada awalnya hidup rukun.

Yang sudah terbiasa hidup bertetangga dengan perbedaan agama dan suku, kini seakan menjaga jarak dan membatasi komunikasi hanya karena beda pilihan di kontes politik.

Sehingga kita tidak heran jika dalam sebuah pemilihan kepala daerah hingga presiden masih menggunakan pendekatan agama, suku, ras dan golongan. Tetapi pertanyaanya sampai kapan kita akan seperti ini? Sampai kapan masyarakat Indonesia akan terpecah belah hanya karena beda pilihan politiknya?

Menurut saya hulunya ada pada pendidikan politik di partai politik, mengapa demikian?. Karena partai politik sebagai lembaga yang paling bertanggungjawab terhadap kondisi politikus kita hari ini. Jika pendidikan politik di jalankan dengan baik maka akan sangat berdampak hingga ke masyarakat.

Celakanya, partai politik kita masih jauh dari kata 'ideal' sehingga, unsur kepentingan untuk meraih kekuasaannya lebih besar dari pada tujuan pendidikan politiknya.

Salam

Fawer Full Fander Sihite

(Ketua Bidang Hubungan Internasional Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia - PP GMKI) - Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun