Perkuliahan terkadang merupakan hal yang sangat menjenuhkan, setiap hari mendengarkan dosen bicara. Mahasiswa jarang di berikemerdekaan untuk berpendapat, kalau Paulo Ferire mengatakannya pendidikan yang digunakan adalah "Gaya Bank", wah Gaya Bank ini selalu menganggap pengajarnya lebih pintar dari yang ia ajari, sehingga tidak menciptakan kemerdekaan berpikir.Â
Di tengah Kejenuhan dari Senior si anak SUMUT ia di ajak untuk nonggrong di salah satu Caf di Yogyakarta, nama Cafenya Kedan, Caf ini sudah lumayan terkenal bagi kalangan mahasiswa yang bersuku batak.
Dengan perjalanan 20 menit dari kos si anak SUMUT merekapun tiba di Caf Kedan, di caf Kedan mereka minum, sambil berbincang-bincang dengan teman-teman seniornya yang juga ada di Caf Kedan itu.Â
Ada hal yang unik si anak SUMUT memperhatikan cara mereka semua berkomunikasi, ada yang menggunakan bahasa batak toba, namun ada juga yang menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia, dengan tersenyum si anak SUMUT mengatakan dalam hatinya (Di Kota Saya masih ada juga Mahasiswa yang tidak tahu bahasa batak), sambil menikmati kopi hitam tanpa gula itu, yang ia minum menjadi manis karena elotnya diskusi di meja no 4 di Caf Kedan.
Setelah 3 Jam lamanya mereka duduk di Cefe Kedan, Senior pun mengeluarkan bukunya dan memberikannya kepada temannya, ini buku yang dibilang dosen kemarin sudah saya beli, dengan ketus temannya menjawab, sudahlah simpan saja, lagian kalau buat apa kita baca bukunya, karena setiap hari kita hanya mendengarkan ocehan dia saja, kitakan hanya di anggap mahasiswa bodoh", melihat situasi ini si anak SUMUT tadi pun berpikir mengapa seapatis itu senior-seniornya tentang pendidikan di Kampus.Â
Karena Seniornya diskusi dengan serius tentang perkuliahan si anak SUMUT jalan-jalan keliling Caf Kedna yang juga tidak begitu jauh dari Seniornya, ia penasan dengan gambar-gambar yang sering disebut interior di caf kedan. Setelah ia melihatnya ternyata gambar itu adalah gambarnya Sisingamangaraja dan ada tulisan dalam bahasa batak, si anak SUMUT kamum melihatnya karena pemilik Caf Kedan tidak menghilangkan identitas bataknya menskipun sudah di Kota Yogyakarta, di Kota Tempat saya tingga saja foto Sisingamangara jarang kita jumpai bro pikir si anak SUMUT.
Jam sudah larut malam si anak SUMUT pun pulang ke Kos dengan Seniornya, dalam perjalanan seniornya membawa sepeda motor dengan kecepatan 80 KM/Jam, pelan-pelan aja bang nanti ada lobang, ujar si anak SUMUT, seniornya tertawa dan mengatakan yang kau pikirnya ini seperti salah satu kabupaten di SUMUT yang jalannya rusak-rusak (sabil tertawa), si anak SUMUT berpikir sejenak dan tersenyum karena ia menemukan kota yang dimaksud seniornya.....
Bersambung
Salam
Horas
Penulis: Fawer Full Fander Sihite
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H