Salah seorang Ksatria meneliti mumi www.recklessreality.com Alkisah di Negeri nan Toto Tentrem Gemah Ripah Loh Jinawi yang bernama Negeri Ngotjoleria yang di pimpim oleh Baginda Andy Soekry Amal dengan Inge Dudul sebagai Permaisurinya dan Ken Arok sebagai Patihnya, Firman Spongebob sebagai Panglima Perangnya, Zulfikar Akbar sebagai Penasihat Raja dan Wawan Supriyadi sebagai Adi Pati nya. Dan tak ketinggalan juga ada manusia sepertiga kuda sepertiga lagi jin, Jimmo Penggiling Padi namanya. Tersiar kabar bahwa di negeri itu kedatangan mumi yang berumur ratusan tahun. Rakyat berbondong-bondong datang ke istana ingin melihat langsung bentuk mummi itu. Dan raja mengadakan sayembara untuk mengetes otak rakyatnya.“Barang siapa yang bisa mengetahui nama dan umur dari mummi tersebut maka jika perempuan akan diangkat menjadi selirnya, dan jika laki-laki akan diangkat sebagai selar (suami kedua untuk permaisuri Inge dudul)” Kabar mengenai adanya sayembara itupun langsung merebak ke saentaro jagad. Banyak ksatria dari negeri tetangga yang ingin mengikutinya. Dan anehnya tak ada satu wanitapun yang berniat mengikuti sayembara itu, bagindapun sedih dan gundah lantaran tak dapatkan selir baru malah permaisurinya dapat selar. Ada pangeran dari Perancis yang bernama Hadi Samsules bersama timnya, ada ksatria dari Amerika bernama Dudi Dudul Dikit, dari Jepang namanya Katedra Rajawen., dari Jerman bernama Dwiki Setyawan Permaisuri Inge tampak girang karena yang mengikuti sayembara adalah para pria-pria tampan dan gagah perkasa. Namun saat sayembara hendak dimulai tiba-tiba muncul seorang yang terlihat sudah tua, dengan napas yang tersengal-sengal kakek itu berkata “Baginda saya juga ingin mengikuti sayembara ini!” tuturnya. “Siapa dan darimana asalmu?”Tanya baginda “Saya Imam Subari Baginda, rakyat baginda sendiri!” “Memangnya apa yang kamu bisa Pak Tua?”sahut permaisuri inge dengan galaknya. “Saya akan mengerahkan segenap jiwa dan raga saya untuk mendapatkan permaisuri, ups.. untuk mengetahui identitas mummi itu Permaisuri Inge!” “Huh….nekat amet? Ya sudahlah, paling-paling juga tak bias mengalahkan para pangeran-pangeran yang ganteng-ganteng itu!” Baginda Raja ASA hanya senyum-senyum saja. Dan akhirnya sayembarapun dimulai. Pangeran Hadi Samsules dari Perancis tampil pertama kali, membawa peralatan mutakhir, ukur sana ukur sini, catat ini dan itu, kemudian menyerah tidak sanggup. Ksatria Amerika yang bernama Dudi Dudul Dikit perlu waktu yang lama, tapi taksirannya keliru. Tim Jerman Dwiki Setyawan yang sebagai pentolannya menyatakan usia mumi itu tiga ribu dua ratus tahun lebih sedikit, juga salah. Ksatria Katedra Rejawen dari Jepang juga menyebut di seputar angka tersebut, juga salah. Giliran peserta terakhir dari negeri Ngotjoleria maju, Pak tua ini bertanya pada panitia kurban eh salah panitia sayembara, bolehkah dia memeriksa mumi itu di ruangan tertutup. “Boleh, silahkan,” Jawab panitia. Lima belas menit kemudian, dengan tubuh berkeringat bercucuran Pak Tua itu keluar dan mengumumkan temuannya kepada tim juri. “Usia mumi ini lima ribu seratus dua puluh empat tahun tiga bulan tujuh hari, namanya adalah Ibeng” Katanya dengan lancar, tanpa keraguan sedikit pun. Ketua dan seluruh anggota tim juri terbelalak dan saling berpandangan, heran dan kagum. Jawaban itu tepat sekali ! Bagaimana mungkin orang yang sudah tua ini mampu menebak dengan tepat dalam waktu sesingkat itu? Karena Baginda ASA adalah raja yang bijaksana dan adil, maka apa yang dijanjikanpun ditepatinya. Imam Subari kakek tua dari negeri Ngotjoleria itu di nikahkan dengan permaisuri inge dengan mas kawin mummi bernama ibeng yang berumur lima ribu seratus dua puluh empat tahun tiga bulan tujuh hari. Ucapan selamat mengalir dari para peserta, para punggawa kerajaan, semua rakyat Ngotjoleria dan keluarganya. Yah meskipun Permaisuri Inge tak begitu menyukainya. Tapi Baginda ASA tenang-tenang aja tuh!! Saat berduaan dengan Permaisuri, rasa keingintahuan Permaisuri Ingepun muncul dan segera bertanya kepada Imam Subari. “Bagaimana cara anda tahu dengan persis identitas mumi itu?” Imam Subari dengan enteng menjawab, “Saya gebuki, ngaku dia.”
Cerita diatas hanyalah fiktif belaka, jika ada nama tokoh dan tempat yang sama itu karena disengaja. Terinspirasi dari syafiiakrom.wordpress.com sudah minta izin untuk idenya lho!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H