Mohon tunggu...
Fawaizzah Watie
Fawaizzah Watie Mohon Tunggu... wiraswasta -

Perempuan. Duapuluhan. \r\n\r\n\r\nhttp://fawaizzah.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menguak Kisah Cinta Ibuku

19 Januari 2010   14:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:22 3872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suatu sore dalam perjalanan ke rumah Mbah Kung,

"Nduk nanti kalau berpapasan sama orang didepan itu di bel yah!" perintah Ibuku sambil berbisik. Tiiin........!!! bunyi klakson sepeda motor bututku. Lalu seulas senyum meluncur dari bibir orang itu.
"Dia siapa Buk? kok aku belum pernah lihat!" tanyaku.
"Oh, dia mantan pacar Ibu sewaktu masih muda!" jawabnya sambil malu-malu.
"Jiaaaaaaaaahhh.............ngaya neh, pake bahasa mantan pacar!" sautku sambil cekikian.
"Gini-gini dulu pacarku banyak yo!!!" celetuknya.
"Wuuiiiihhh..........kalah donk diriku, secara lebih manis getu loh!" maklum baru mengenal pacar kelas 2 SMA. Aweeet sampe 3 tahun, gak pernah ada masalah.
"Salah sendiri!"
"Loh kok salah sendiri!"
"Niru Bapakmu!" huahahahahahaha……kami tertawa bersama.
"Dulu itu yo, pacar Ibukmu ini ada 3 ekor eh 3 buah ups salah 3 orang ding!"
"Pacar kok baanyak amet, emang buat apaan??"
"Yang salah ya mereka! ngapain juga suka sama Ibukmu ini."
"Memangnya dulu pacarannya kaya gimana Buk?" tanyaku penasaran.
"Ya, paling juga saling berkirim surat saja, gak pernah dolan-dolan bareng kaya kamu itu."
"Terus-terus selain itu?" tanyaku makin penasaran.
"Kalau pagi-pagi Ibu disuruh Iyung ke pasar, pasti pacar yang kebetulan masih tetangga mengikuti, itu aja rasanya wes gak karu-karuan, deg-degan"
"hahahahahahahaha……..!" tawa kami bersamaan.
"Terus kalau Bapak pacar ke berapa?" tanyaku iseng.
"Kalau sama Bapakmu itu, aku gak pacaran."
"Loh kok???" tanyaku bingung.
"Jadi ceritanya begini, dulu itu Ibukmu ini mau dijodohkan sama Pak @#$%%^& (aku lupa namanya) dia anak orang kaya, juga sudah punya pekerjaan yang mapan. Tapi Ibukmu ini gak suka sama dia, kata temanku dia itu pacarnya banyak."
"Loh…loh…….Ibukkan pacarnya juga banyak!" aku protes.
"Tapi yo beda ya! pokoke ibuk gak seneng sama orang itu."
"Takut saingan punya pacar banyak yah?" ledekku.
"hahahahahhaha……."
"Terus-terus?" tanyaku tak sabar.
"Mbah Kung itu dulu orang terpandang di desa, banyak horang naruh hormat padanya. Pokoknya banyak yang nunduk-nunduk kalau jalan didepan Mbah Kung. Makanya Mbah Kung selalu main perintah, termasuk sama anak-anaknya. Semua anak-anaknya dijodohkan, pokoknya sing penting sugeh! Lah pada waktu Ibumu yang mau dijodohkan, Ibuk kabur dari rumah, pergi ke Surabaya pamitnya mau kerja."
"Kabur kok pamit?"
"Diem! Pas wes Ibuk nyampe Surabaya, Pak Lek No (adek Ibuku) sakit parah dan dibawa ke rumah sakit. Kalau tidur suka ngelindur manggilin Ibuk. Terus Ibuk dapat kiriman surat dari Mbah Kung, kalau gak jadi dijodohin asalkan mau pulang. Ya sudah Ibuk mau pulang."
"Terus ketemunya sama Bapak?"
"Waktu itukan Iyungmu masih punya warung, ibu yang sering disuruh bantuin jaga. Kebetulan Bapakmu sering mampir di warung itu. Terus Ibuk sama Bapak kenalan, eh Bapakmu langsung ngelamar."
"Waaaaahhh………Bapakku kerren ternyata! Gak takut sama Mbah Kung yang galak?"
"Awalnya Mbah Kungmu tidak setuju, ya karena Bapakmu bukan orang berduit."
"Terus?"
"Ya karena kegigihan Bapakmu, akhirnya disetujui juga sama Mbah Kung lan Iyungmu!"
"Alhamdulillah……"
"Tau gak Nduk! Pak @#$%%^& yang mau dijodohkan sama Ibuk itu, sampai saat ini sudah kawin cerai sampai 3x."
"Busyet dah!! kok gitu?"
"Karena dia suka mukul istrinya, sekarang kasian anak-anaknya pada terlantar. Ibu jadi bersyukur punya suami kaya Bapakmu itu, Meskipun kita hidup pas-pasan tapi kita bahagia, wes ngono sekarang Bapakmu jadi mantu kesayangan Mbah Kungmu." katanya sambil tersenyum.

~~~~~~~~~~~~~~oo0oo~~~~~~~~~~~~~~~

Aku dan Ibuku memang lebih terlihat seperti seoarang sahabat. Kita sering berbagi hal-hal kecil maupun hal-hal yang sangat serius. Bahkan Ibuku juga mengenal baik teman-teman baikku, makanya banyak temanku yang betah dirumahku. Cerita tentang persahabatan, cinta kasih, dan apapun aku curahkan padanya. Begitu pula sebaliknya.

Sewaktu pertama kali aku mengenalnya, aku bercerita, sewaktu dia mengatakan cinta, aku berkisah. Saat kami mengalami masa-masa indah dan bahagia, aku berbagi dengannya. Dan saat sedih, dia yang akan melakukan banyak cara untuk mengusir sedihku. Dialah Ibuku, sosok yang aku kagumi.

Dan saat mengetahui, hubungan cinta anaknya kandas karena orang tua kekasih anaknya hampir sama dengan Bapaknya (Mbah Kung), Ibuku berkata,"gak usah sedih ya nduk, kalau jodoh gak akan kemana! ingatlah hanya orang yang baik yang akan mendapatkanmu. Kamu orang baik gak? kan hanya orang baik yang berpasangan dengan orang baik."

Kata-katanya tak akan aku lupakan.
Bersama untaian batuk yang tak kunjung reda, kutulis kisah ini.

Untuk para kompasianers dapat salam dari Ibuku, katanya "Terima kasih sudah menjadi sahabat anakku, semoga tidak bosen mendengar kicauannya!" Ibuku tahu tentang kompasianers karena aku sering bercerita mengenai sahabat-sahabat semua yang ada disini.

Potret Bunda

download mp3 indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun