Mohon tunggu...
Fawaizzah Watie
Fawaizzah Watie Mohon Tunggu... wiraswasta -

Perempuan. Duapuluhan. \r\n\r\n\r\nhttp://fawaizzah.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Racikan Puisi Kolaborasi Bersama Rismanaceh

27 Mei 2010   06:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:56 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepucuk awan di langit hati menjadi penyejuk jiwa dan diantara gerak batin kuingat engkau yang kukenang dengan empat huruf menjadi nama

Awan bergelanyut manja memandang asa Detakan dan getaran jiwa tak pernah enggan mengukir sebuah nama, Bukan namaku atau namamu saja Namun nama kita

Mengikat diri didekapan angin menembus waktu, jarak dan tempat sambil berharap tapak ingatanku terus tersambung hingga menyentuh hatimu Angin kuizinkan engkau menjadi tanganku untuk mendekat padanya

Dalam dimensi ruang dan waktu yang memisahkan Selalu ada ingatanmu yang menyentuh hatiku Angin datang membawa seberkas rindu yang kau titipkan Dan mentari pun tak kalah hangat menyampaikan asamu

Di sela pucuk daun kelapa ku lihat gerak lambai. Adakah kau sedang menyapa duhai yang kurindu? Diantara gerak daun bambu angin menyapa bak pertanda kau ada disisi

Nyanyian deburan ombak menggema di sudut-sudut kota, Menyampaikan sapaan pada orang yang merindu Lambaian pucuk bambu bergerak gemulai, mengisyaratkan jika aku ada disini

Dengan kedip mata kupetik isyarat hati dan kutulis kata di jiwa kau kah yang kupanggil dengan debar

Hati dipenuhi debar saat mendengar suaramu Isyarat hati yang kau tuliskan tergores lembut dalam hatiku

Mengintip hati yang tak berdetak karena sapaanmu malu pada detak merapi dan merbabu yang terus mendesah cinta

Desahan cinta menjamu asa dalam rindu yang menyamudra Ada kalanya hati bak teriris sembilu menahan rindu

Ku coba selami derai pucuk-pucuk menangkap makna dan merasakan detak rindu yang mengalir di kawah hati kita Adalah angin yang berkisah mengabari daun-daun rindu pepohonan hati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun