Mohon tunggu...
Ahmad Fawaiq Suwanan
Ahmad Fawaiq Suwanan Mohon Tunggu... -

Ahmad Fawaiq Suwanan is Researcher in The Indonesian Society for Transparency (MTI), Jakarta. He graduated from Department of Economics, Brawijaya University in 2009. During 2007-2009, He was Lecture Assistant in Economic Department and Research Fellow in Center for Development System and Dynamic Studies (PKDSP), Brawijaya University. He was also Instructor Assistant in Course of Local Government Finance (KKD) in partnering both Brawijaya University and Department of Finance, Republic of Indonesia in 2007. As an activist, he was Chairman of Economics Student Association of Brawijaya University 2006-2007 and National Presidium of Indonesia Economics Student Association (IMEPI) 2005-2007, Jakarta. His research interests focus in economic issues, especially those related to economic governance, institutional economics, monetary economics, international trade, public finance, and project management.

Selanjutnya

Tutup

Money

Daya Saing, Korupsi dan Kepercayaan Publik

9 April 2010   16:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:53 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Di tengah berbagai skandal birokrasi yangterkuak belakangan ini, ada kabar menggembirakan dari United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD). Menurut laporan UNCTAD yang dikutip Bank Indonesia dalam Laporan Perekonomian Indonesia 2009 yang dirilis Rabu (7/4) lalu, Indonesia berada di peringkat 9 dalam daftar 15 negara yang paling diminati investor. Dalam laporan tersebut Indonesiamasih lebih baik dibanding Kanada, Vietnam, Meksiko dan Prancis.

Naiknya peringkat Indonesia dalam survey UNCTAD adalah imbas dari pertumbuhan dan kapasitas pasar domestik disamping akses terhadap sumber daya alam dan upah tenaga kerja yang lebih murah. Di samping itu, kinerja ekspor Indonesia setahun terakhir juga turut memberikan kontribusi. Untuk pertama kalinya Indonesia menembus pasar ekspor global sebesar1%, sebelumnya Indonesia hanya bisa menembus pasar ekspor global paling tinggi dilevel 0,92%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor pada Februari lalu mencapai 11,2 miliar dolar. Terjadi kenaikan sebesar 57,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Presestasi ini agaknya merupakan setitik oase ditengah terpuruknya kinerja birokrasi kita setelah terkuaknya berbagai skandal birokrasi belakangan ini. Prestasi ini juga memberikan optimisme tersendiri terhadap pertumbuhan ekonomi nasional ditengah ancaman kegagalan reformasi birokrasi. Tentunya masih lekat di ingatan kita, Gayus Tambunan dan Bahasjim yang tertangkap menyimpan puluhan miliar uang hasil korupsi pajak. Bila tidak segera diselesaikan, skandal ini akan menjadi “bom waktu” yang setiap saat dapat memporak-porandakan perekonomian kita karena makin hilangnya kepercayaan publik. Sehingga prestasi peringkat 9 yang baru didapat dapat melorot lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena kepercayaan publik merupakan syarat mutlak bagi suatu negara untuk meningkatkan daya saingnya.

Oleh karena itu, pemerintah selayaknya segera menuntaskan berbagai kasus yang berpotensi mengganjal pertumbuhan ekonomi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun