Pada akhir tahun 2019 menjelang tahun 2020, Coronavirus varian baru berhasil masuk ke Indonesia, virus ini menginfeksi saluran pernapasan dan menyebabkan penyakit yang dinamakan Covid-19. Pandemi Covid-19 ini banyak membawa perubahan di berbagai aspek kehidupan manusia di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Selama pandemi, pemerintah memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk menekan angka penularan Covid-19.Â
Akibatnya, berbagai sektor perekonomian seperti pusat perbelanjaan, pariwisata, perusahaan, dan lain sebagainya harus ditutup. Hal ini tentu berdampak bagi perekonomian negara.Â
Selain itu, akibat dari diberlakukannya PSBB adalah mengurangi mobilitas masyarakat, karena masyarakat harus melakukan segala aktivitas dan pekerjaan dari rumah (Work From Home). Rendahnya tingkat mobilitas penduduk menyebabkan berkurangnya penggunaan energi di setiap daerah.Â
Bagi negara maju, penggunaan energi yang semakin berkurang ini menjadi saat yang tepat untuk melakukan perubahan agar memaksimalkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) serta mengurangi pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), karena bahan bakar PLTU berasal dari batu bara yang merupakan sumber energi fosil.Â
EBT adalah sumber energi yang berasal dari alam dan tidak dapat habis walaupun digunakan terus-menerus karena mengalami siklus daur ulang yang cepat, berbeda dengan energi fosil yang memerlukan waktu berjuta-juta tahun dalam pembentukannya.Â
Beberapa negara maju di Eropa seperti Jerman dan Britania Raya, mulai menghentikan pengoperasian PLTU selama pandemi Covid-19 untuk memaksimalkan pemanfaatan EBT. Tetapi di Indonesia, selama pandemi Covid-19 ini Indonesia masih belum memaksimalkan pemanfaatan EBT, Indonesia malah merencanakan untuk membangun PLTU baru.
Sedangkan investasi di bidang EBT mengalami penurunan, karena dana yang tersedia lebih fokus digunakan untuk memulihkan perekonomian. Seharusnya, investasi di bidang EBT menjadi kunci keberhasilan dalam memulihkan ekonomi Indonesia di situasi pandemi Covid-19.Â
Di sisi lain, konsumsi energi di Indonesia masih didominasi oleh energi fosil, sementara EBT masih sebagai alternatif. Hal tersebut disebabkan oleh permasalahan pada program kontribusi peningkatan EBT.Â
Ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil dapat menyebabkan cadangan energi tersebut semakin menipis, sehingga Indonesia lebih banyak impor dari negara lain yang dapat mengganggu perekonomian negara.Â
Energi Baru Terbarukan (EBT) merupakan komponen yang sangat penting untuk mendukung ketahanan energi di Indonesia agar dapat mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dan berkelanjutan.Â
EBT dapat menjadi alternatif pada upaya dalam memajukan teknologi untuk pemanfaatan sumber energi nuklir, mengingat cadangan energi fosil di Indonesiia semakin menipis dan membawa kerugian bagi lingkungan sekitar.Â