Mohon tunggu...
FAUZUL IKFANINDIKA
FAUZUL IKFANINDIKA Mohon Tunggu... Guru - Redaktur

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menemukan Solusi Baru dengan Berpikir Lateral

28 September 2023   05:03 Diperbarui: 28 September 2023   05:25 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecerdasan adalah sesuatu yang kita miliki sejak lahir, tapi berpikir adalah keterampilan yang harus dipelajari.

Halo sahabat, kembali lagi dengan saya Fauzul. Kali ini saya akan membahas buku Lateral Thinking karya Edward de Bono. Buku ini membahas cara meningkatkan kreativitas dari sudut pandang yang berbeda.

Di sekolah, kita belajar untuk menghadapi masalah secara langsung. Kita diajarkan kalau masalah tertentu maka ini solusinya. Ini yang dinamakan vertical thinking, cara ini bekerja dengan baik dalam sebuah situasi yang sederhana. Tapi sayangnya di berbagai situasi cara ini justru gagal dan pada akhirnya bisa menghambat pertumbuhan diri dan pikiran kreatif. Kita hanya berpikir berdasarkan fakta dan hanya menggunakan pendekatan yang sudah terbukti sebelumnya. Alhasil, boleh dibilang kita jadi kehilangan kemampuan untuk berpikir secara kreatif.

Menulis memperkenalkan cara baru yang dikenal sebagai lateral thinking. Sederhananya, ini adalah soal membebaskan imajinasimu. Kamu menstimulasi pikiran dengan cara yang baru dan menarik. Jadi kamu melihat sebuah masalah dari berbagai sudut pandang dan menawarkan solusi yang cerdik sekaligus efektif. Kamu akan menjadi jauh lebih produktif dan menjadi pemikir yang ulung.

Saya merangkumnya menjadi 3 hal penting dari buku ini:

Pertama, vertical thinking versus lateral thinking.

Tumbuh dewasa, kita belajar kalau masyarakat seringkali membagi seorang menjadi 2 tipe. Entah seseorang yang lebih suka angka atau seseorang yang lebih suka artistik atau bidang kreatif. Asumsi ini tidak sepenuhnya salah, tapi hal ini bisa menghambat pertumbuhan pribadi seseorang.

Seseorang dari kategori tertentu cenderung fokus pada preferensinya dan menolak untuk belajar kategori yang lain. Dunia kita saat ini memang dibentuk berdasarkan vertical thinking dan berhubungan dengan cara kerja otak. Otak kita merupakan sebuah sistem yang mampu mencari pola dan menyusun informasi, selain banyak fungsi lainnya. Artinya kita membentuk opini berdasarkan ingatan yang kita miliki, pola yang kita temukan dan data yang kita kumpulkan.

Dari kecil kita juga terbiasa dengan cara ini. Misalnya, kita belajar untuk memahami huruf dan angka. Jadi kita bisa mengenalinya walaupun sebagian huruf dan angka tertutup. Ini adalah tipe berpikir di mana kita mengambil sebuah konsep, menguatkannya, lalu mendukungnya dengan data dan fakta. Ibaratnya kamu sedang menggali tanah untuk menanam idemu di sana. Tapi di sisi lain semakin familiar kita dengan sesuatu, kita cenderung menganggap remeh dan dengan senang hati melakukannya dengan cara lama.

Tapi perlu dipahami proses kreatif itu krusial untuk pertumbuhan manusia. Kita harus bisa memberikan ruang bagi pikiran untuk berpikir ulang dan memperbarui cara lama. Lateral thinking adalah metode untuk mempertanyakan sebuah pola, mengetesnya, mencari tahu apakah cara tersebut bisa diperbaharui atau diperbaiki. Kita memerlukan 2 pikiran ini, vertical thinking dan lateral thinking. Namun karena kita sudah terbiasa dengan vertical thinking sejak kecil, maka kita perlu belajar cara baru karena pada saatnya kita perlu dengan sengaja melawan logika yang ada dan cara cara lama untuk mendapatkan hasil yang berbeda. Di sinilah kemampuan kamu untuk berpikir out of the box berguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun