Mohon tunggu...
Fauziyyatul Ulya
Fauziyyatul Ulya Mohon Tunggu... Lainnya - Pendamping Lokal Desa

Madrosatul ula

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penantian di bawah langit Desa @KompasianaDESA

24 Januari 2025   10:39 Diperbarui: 24 Januari 2025   10:39 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bawah langit yang kelabu, PLD duduk termenung di teras balai desa. Sudah berhari-hari ia menunggu tanda tangan Surat Perintah Kerja (SPK) yang akan menandai resmi dirinya sebagai pendamping desa. Tanggal 24 Januari menjadi batas harapannya, namun hari ini, kabar itu masih juga belum tiba.

PLD bukan orang yang mudah menyerah. PLD ini tahu bahwa menjadi pendamping Lokal desa bukan hanya tentang pekerjaan, tetapi juga tentang pengabdian. Ia ingin desanya berkembang, membangun dari akar rumput hingga menjadi desa yang mandiri. Namun, birokrasi sering kali menjadi tembok tinggi yang sulit dilampaui.

"Apa kabar, Mbak PLD?" tanya Pak Kades, yang tiba-tiba muncul dengan kopi hitam di tangannya.

"Masih sama, Pak," jawab PLD, suaranya lemah. "SPK belum juga turun. Saya takut nggak keburu mulai program yang sudah saya rancang."

Pak Kades duduk di sebelah PLD. "Sabar, Nak. Aku tahu kamu sudah mempersiapkan segalanya, dan aku paham betapa sulitnya menunggu. Tapi begitulah kadang, administrasi di atas sana bisa makan waktu."

PLD mengangguk, meskipun hatinya masih gelisah. Di kepalanya berputar rencana-rencana besar: peningkatan kapasitas pengurus BUMDEsa, pengelolaan hasil ketahanan pangan, dan program pemberdayaan perempuan. Semua itu sudah ia catat dalam Rencana Kerja Tindak Lanjut miliknya. Namun tanpa SPK, semua hanya akan menjadi mimpi yang tergantung di udara.

Langit sore mulai berubah warna menjadi jingga. Di tengah kesunyian, suara motor tua terdengar mendekat. PLD menoleh. Itu Bu Siti, seorang perangkat desa yang sering membawa kabar dari kecamatan. Hatinya berdegup lebih cepat.

"mbak PLD! Ini ada surat dari kecamatan!" Bu Siti berteriak dari kejauhan sambil melambai-lambaikan amplop cokelat.

mbak PLD berdiri, segera menghampiri Bu Siti. Tangannya gemetar saat menerima amplop itu. Dengan cepat ia membukanya, dan di dalamnya di kira dokumen yang selama ini ia tunggu. Tapi ternyata, isinya jadwal monitoring pelaksanaan APBDEsa tahun 2024.

Mata PLD berbinar. "Bu, ini artinya saya harus bekerja, kan?" tanyanya dengan penuh semangat.

"Tentu saja!" Bu Siti tersenyum lebar. "Kamu harus ikut mendampingi monev, mbak! Kami semua mendukungmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun