Mohon tunggu...
Fauziyyah Putri Awalia
Fauziyyah Putri Awalia Mohon Tunggu... -

Terobsesi menjadi jurnalis profesional !

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sampah Dedaunan dan Ranting, Bisa Lestarikan Kebun Raya Bogor

30 April 2014   04:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:02 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Berkunjung ke Bogor, kurang lengkap rasanya jika tidak mampir ke Kebun Raya Bogor (KRB). Kebun Botani terbesar yang berada di Kota Bogor ini merupakan tempat wisata favorit bagi keluarga untuk mengisi liburan, menyegarkan pikiran, hingga menambah banyak ilmu pengetahuan. Di sini, ada banyak spesies tumbuhan yang menjadi kekayaan hayati Indonesia, ada pula Museum Zoologi, dan berbagai taman yang bisa jadi tempat bermain sekaligus memperkaya wawasan.

Tidak hanya itu, ternyata Kebun Raya Bogor juga memproduksi pupuk berbahan dasar sampah dedaunan dan ranting yang bisa pengunjung pelajari dan aplikasikan sendiri di rumah. Pupuk jenis tersebut dinamakan pupuk BioPoska. Sayangnya penulis lupa untuk menanyakan lebih jauh mengenai arti kata dari BioPoska itu sendiri hehe. Hingga saat ini, Kebun Raya Bogor menjaga kelestariannya menggunakan pupuk BioPoska yang berasal dari sampah dedaunan dan ranting Kebun Raya sendiri loh.

Menurut Kepala Pengawas Kebersihan KRB, Dayat, sampah organik yang berasal dari KRB berhasil diolah kembali menjadi pupuk BioPoska. Pembuatan pupuk dari sampah organik ini mampu mengurangi sampah daun dan ranting yang berserakan serta berguna untuk menjaga kesuburan tanaman di KRB.

“Kami tidak pernah langsung membuang sampah Kebun Raya khususnya sampah dedaunan dan ranting ke Tempat Pembuangan Umum (TPU), tetapi dipilih terlebih dahulu untuk diolah menjadi pupuk yang sangat berguna bagi kebutuhan Kebun Raya sendiri, pupuk BioPoska namanya,” ungkap Dayat.

Lokasi pengolahannya berada di samping Gedung Herbarium KRB. Tempatnya cukup memadai, dan terdapat mesin-mesin pengolah yang terdiri dari mesin penyortiran, penggilingan, pengayak sampai mesin penghalus. Untuk melihat proses pembuatannya, pengunjung bisa datang langsung ke Gedung Herbarium KRB antara hari Senin hingga Jumat, karena proses produksi pupuk BioPoska di KRB ini libur pada hari Sabtu dan Minggu.

Proses pembuatannya dimulai dari mengumpulkan sampah dedaunan dan ranting Kebun Raya Bogor. Kemudian sampah-sampah tersebut dicacah dengan mesin penggiling untuk mendapatkan ukuran serupa. Lalu dilakukan proses fermentasi dan ditutup menggunakan plastik hitam selama tiga hari. Selanjutnya ada proses pembalikan, juga penambahan pupuk kandang untuk meningkatkan nutrisi kompos. Pupuk yang telah matang disaring hingga didapatkan pupuk BioPoska yang halus. Dan terakhir, pupuk pun siap dikemas secara manual ke dalam kemasan berukuran 30 kg dan 5 kg.

Dayat menambahkan, meski pupuk BioPoska dijual untuk umum di outlet yang tersedia di Kebun Raya Bogor, namun penjualannya masih dalam jumlah terbatas. Pasalnya, pupuk BioPoska yang dihasilkan, masih belum mencukupi untuk kebutuhan kebun raya sendiri.

Hingga kini Kebun Raya Bogor terus memanfaatkan pupuk BioPoska yang dihasilkan untuk menjaga kelestariannya, dan membantu mengurangi sampah yang tidak berguna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun