Mohon tunggu...
Fauzia
Fauzia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Omset Pedagang Kaki Lima Mampu Menyaingi Gaji Pegawai

20 September 2023   19:07 Diperbarui: 20 September 2023   19:16 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama : Fauzia

Nim : 2022050101065

Kelas : Ekonomi Syariah C

1. Usaha Mikro Pedagang Kaki Lima Makanan & Minuman dalam Meningkatkan Perekonomian Keluarga

Pedagang kaki lima diartikan sebagai usaha kecil masyarakat yang bergerak di bidang perdagangan dengan lingkungan usaha yang relatif kecil, terbatas dan tidak bersifat tetap. Pedagang kaki lima sering di tandai dengan ciri-ciri perputaran uang kecil, tempat usaha yang tidak menetap, modal terbatas dan jangkauan usaha yang tidak terlalu luas. Begitu lula dengan kedua mitra usaha yang berjualan di pinggir jalan demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka. Masalah yang dihadapi kedua mitra usaha tersebut adalah kurangnya modal, peralatan banyak yang rusak, desain banner yang masih sederhana, dan tenda yang sempit. Dengan permasalahan tersebut Tim lbM menawarkan solusi dengan bantuan DP2M Dikti memberikan bantuan modal usaha berupa bahan-bahan baku, memberikan penyuluhan tentang kiat sukses berwirausaha dan pembuatan laporan keuangan untuk usaha mikro, memberikan pendampingan tentang membuat desain banner, memberikan bantuan tenda supaya jumlah pembeli semakin meningkat sehingga pendapatan juga ikut meningkat, dan membuat perekonomian kedua mitra usaha tersebut semakin meningkat.

https://scholar.google.com/scholar?q=%2Bintitle%3A%22USAHA+MIKRO+PEDAGANG+KAKI+LIMA+MAKANAN++MINUMAN+DALAM+MENINGKATKAN+PEREKONOMIAN+KELUARGA%22

2. Strategi Bertahan Hidup Pedagang Kaki Lima (PKL)

Kebijakan pembangunan Indonesia yang cenderung fokus pada model pertumbuhan berimplikasi pada tingginya konsentrasi pembangunan kota. Kota, pada kenyataannya, akhirnya menjadi ruang di mana penduduk kota dan pendatang baru saling melengkapi untuk berebut modal yang tersedia. Pendatang baru yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang baik mampu bertahan di kota. Namun, pendatang baru yang tidak kompeten mungkin hanya mencicipi sisa kue ekonomi tersebut. Menurut Max Weber, fenomena ini menunjukkan suatu tindakan sosial yang instrumental. Artinya, pengukuran untung dan rugi selaman menjadi bagian terpenting dalam tindakan mereka.

Dalam terminologi Karl Marx, seorang individu yang tidak mempunyai kemampuan mengendalikan faktor-faktor produksi (misalnya: sumber daya alam, sumber daya manusia, modal) hanya akan bergantung pada tubuhnya (kekuatan fisik) untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, pedagang kaki lima, kuli bangunan, tukang parkir, dan pekerjaan informal lainnya sudah menjadi pemandangan umum di perkotaan. 

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1868610

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun