Mohon tunggu...
FAUZIYAH PUTRI
FAUZIYAH PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang senang mengeksplorasi dunia kata-kata melalui tulisan. Hobi saya adalah membaca buku dan mendengarkan musik. Saya tertarik dengan dunia kepenulisan dan berkomitmen untuk terus mengembangkan keterampilan menulis saya. Melalui kata-kata, saya berusaha untuk memberikan inspirasi dan berbagi cerita yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenali Gejala Depresi dan Kapan Harus Datang Ke Ahli?

14 Januari 2024   11:58 Diperbarui: 14 Januari 2024   12:02 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Depresi adalah suatu kondisi psikologis yang muncul ketika seseorang mengalami perubahan, kegagalan, atau kehilangan, dan tidak mampu beradaptasi dengan situasi tersebut. Definisi depresi mencakup dimensi afektif, fisiologis, kognitif, dan perilaku, yang semuanya berkontribusi pada perubahan pola dan respon yang biasanya dilakukan oleh individu. Depresi dianggap patologis ketika tidak dapat diatasi dengan cara-cara yang biasa, dan dapat mempengaruhi kehidupan fisik, psikis, dan sosial seseorang (Hadi et al., 2017). Depresi bisa jadi muncul karena sebuah masalah, namun bukan itu penyebab utamanya. Depresi merupakan interaksi kompleks antara situasi lingkungan, stressor, dan genetik. Terjadi gangguan neurotransmitter (zat kimia yang menjadi alat komunikasi antar syaraf) pada orang dengan depresi (ODD). Maka, depresi ini bukan hanya gangguan perasaan, tetapi juga otak dan tubuh yang mengalami respons "sakit" karena depresi.  (Ardian, 2022).

Untuk mendiagnosis depresi dibutuhkan pengamatan cermat dari seorang professional di bidang kesehatan mental seperti psikolog dan psikiater. Lalu kapan anda harus mengonsultasikan keadaan anda ke psikolog atau psikiater? Simak gejala-gejala depresi berikut ini (Machdy, 2019):

  • Depressed mood. Mood ini dinilai secara subjektif (seperti merasakan kesedihan, kekosongan, dan kehilangan harapan) atau berdasarkan pengamatan orang lain (terlihat sedih dan "ada yang salah").
  • Kehilangan minat dan kesenangan pada seluruh atau hampir seluruh kegiatan sepanjang hari.
  • Penurunan atau kenaikan berat badan secara signifikan dan penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari ketika tidak sedang melakukan diet atau program apapun.
  • Insomnia (sulit tidur) atau Hipersomnia (tidur berlebihan) hampir setiap hari.
  • Psikomotor lamban (berbicara lamban, volume suara mengecil, gerakan menjadi lamban) atau justru menunjukkan kegelisahan (tidak mampu duduk diam, berjalan mondar-mandir, meremas-remas tangan, dll.) hampir setiap hari.
  • Kelelahn atau kehilangan energi hampir setiap hari.
  • Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan.
  • Berkurangnya kemampuan berpikir, berkonsentrasi, atau tidak bisa mengambil keputusan hampir setiap hari.
  • Pikiran berulang tentang kematian, ide bunuh diri yang berulang tanpa rencana khusus, atau adanya rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri atau sekedar keinginanpasif untuk tidak terbangun di pagi hari atau keyakinan bahwa orang lain akan lebih baik hidup tanpanya.

Jika merasakan setidaknya lima (atau lebih) dari gejala-gejala di atas secara konsisten selama dua minggu, anda perlu mengonsultasikan keadaan anda ke psikolog atau psikiater. Depresi adalah gangguan yang dapat diobati. Dengan mendapatkan bantuan profesional, Anda dapat pulih dari depresi dan menjalani kehidupan yang lebih sehat dan bahagia.

Berikut adalah beberapa tips untuk mengenali gejala depresi:

  • Perhatikan perubahan suasana hati dan perilaku Anda.
  • Jika Anda merasa sedih, murung, atau putus asa selama dua minggu atau lebih, kemungkinan Anda mengalami depresi.
  • Konsultasikan dengan profesional kesehatan mental jika Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala depresi.

Dengan mengenali gejala depresi dan segera mendapatkan bantuan profesional, Anda dapat mencegah depresi berkembang menjadi lebih parah dan mengganggu kehidupan Anda.

REFERENSI:

Ardian, J. (2022). Merawat Luka Batin. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hadi, I., Fitriwijayanti, Usman, R. D., & Rosyanti, L. (2017). Gangguan Depresi Mayor: Mini Review. Health Information: Jurnal Penelitian, 9(1), 34--49.

Machdy, R. (2019). Loving The Wounded Soul. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun