“...dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah),... (QS,Al-A’raf: 179)
Tanpa disadari, kita seringkali membatasi pandangan mata ketika melihat. Kita cenderung mengarahkan mata untuk melihat hal-hal yang menarik dari suatu objek. Sementara hal-hal lain yang menurut kita kurang menarik diabaikan. Sebagai contoh ketika bertemu dengan seseorang untuk pertama kalinya, kita cenderung mengarahkan mata untuk melihat wajah atau penampilannya dari pada bagian tubuh atau hal yanglainnya.
Akibat dari kecenderungan ini, gambaran yang kita peroleh tentang seseorang atau suatu objek tidaklah utuh dan detil. Oleh karena itu tidaklah mengherankan, bila dalam kehidupan sehari-hari kita cenderung subjektif dan bias dalam menilai seseorang atau sesuatu, mengikuti cara pandang kita, bukan menurut kondisi objek apa adanya.
Kecenderungan manusia untuk membatasi pandangan mata ini dilihat secara jeli oleh salah seorang kandidat gubernur dan berhasil dieksploitirnya hingga ia memenangi pemilukada. Dengan slogan “coblos kumisnya” , kebetulan pesaingnya tidak berkumis, ia berhasil mengarahkan mata para konstituen untuk melihat kumis yang bertengger di bawah hidungnya. Dan membuat mereka memutuskan untuk memilih sosok dirinya sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta. Apakah kumis bisa mencerminkan sosok kepribadian seseorang secara utuh? Hanya Allah dan mereka yang memilih “Bung Kumis” yang tahu jawabannya.
Bahaya membatasi pandangan mata telah disadari oleh para guru tai chi di zaman dahulu. Bukan hanya terbatas pada penilaian yang subjektif, namun juga pada keputusan yang diambil yang notabene didasarkan pada penilaian yang subjektif tersebut. Dalam realita, katakanlah dalam suatu pertarungan bela diri, bila sorang pendekar tai chi salah mengantisipasi pukulan serangan lawan, karena pandangan matanya difokuskan hanya pada gerakan-gerakan tertentu dengan mengabaikan gerakan-gerakan lawan yang lainnya. Dapatlah dipastikan keselamatan jiwanya terancam.
Dalam kaitan inilah para guru tai chi menekankan pentingnya melatih diri untuk tidak membatasi pandangan mata. Mereka selalu mengingatkan agar para praktisi tai chi selalu berada dalam kesadaran untuk tidak membatasi pandangan mata dengan mengarahkannya pada hal-hal yang menurutnya menarik. Baik di saat berlatih tai chi, terlebih dalam kehidupan sehari-hari. Mereka merumuskan peringatan itu dalam sebuah ungkapan yang sarat makna dan membuat kening saya berkerut untuk memahaminya, yaitu; “mata melihat, tapi kosong”.
“Mata melihat, tapi kosong”.
Mungkin karena keawaman dan kebodohan saya, sehingga diiperlukan waktu bertahun-tahun untuk merenungi arti dari ungkapan ‘mata melihat, tapi kosong’ sampai akhirnya saya bisa menyimpulkan dalam sepenggal kalimat di bawah ini:
‘Mata melihat’berarti bIarkan mata anda melihat suatu objek secara utuh, jangan dibatasi dengan mengarahkannya pada bagian-bagian objek yang menurut kita menarik. ‘..., tapi kosong’ berarti diri (ego) kita dalam keadaan ‘kosong’,...’tao’, pasrah, kosong dari segala keinginan atau kecenderungan, khususnya keinginan untuk mencampuri tugas (fungsi) mata dengan mengarahkannya untuk melihat hal-hal yang diri kita ingini. Atau dengan perkataan lain, lihatlah secara objektif, tanpa tendensi pribadi. Sehingga kebenaran tentang suatu objek dapat kita lihat.
Mata adalah salah satu dari panca indera kita yang berfungsi untuk melihat.Hanya melihat. Oleh karenanya biarkan ia bebas melihat, merekam semua detil informasi yang terlihat pada suatu objek sehingga diperoleh gambaran yang utuh. Sekali lagi hanya melihat.
Nilai Spiritual & Manajerial
Ungkapan ‘mata melihat, tapi kosong’ lebih sebagai nasehat spiritual. Ia mengingatkan kita agar selalu berada dalam kesadaran untuk menjaga diri (ego atau nafsun) kita dari mencampuri fungsi panca indera, khususnya mata. Namun ungkapan tersebut juga mengandung arti yang banyak berkaitan dengan prinsip-prinsip manajemen modern dalam pengambilan keputusan. Berikut beberapa makna tersembunyi yang terkandung dalam ungkapan tersebut:
- Mengajak kita agar mempergunakan fungsi mata melihat secara optimal.
- Menahan diri (ego) agar tidak membatasi mata dengan mengarahkannya untuk melihat hal-hal yang menarik dan kita ingini.
- Kumpulkan informasi tentang objek secara detil dan menyeluruh.
- Jangan cepat menilai atau mengambil kesimpulan tentang objek.
- Jangan menilai atau menyimpulkan berdasarkan sebagian info tentang objek.
- Nilailah dan ambillah kesimpulan setelah informasi tentang objek kita peroleh secara detil dan utuh.
- Mengajarkan kita agar berhati-hati dalam menilai atau mengambil kesimpulan.
- Objektif dalam menilai, tidak tendensius.
- Menentukan posisi kita dalam hubungannya dengan objek atau sebaliknya.
Mata melihat, tapi kosong, menuntun kita bagaimana seharusnya melihat dengan mata. Lihatlah secara objektif, tanpa tendensi pribadi, agar kita bisa menemukan kebenaran dari suatu objek, bahkan bisa melihat tanda-tanda kekuasaan Allah yang selalu melekat pada setiap mahluk ciptaanNya. Semoga Allah menunjuki kita sehingga tidak termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang lalai, yang mempunyai mata, tapi tidak mempergunakannya untuk melihat. Amin.
Latihan ‘Mata melihat, tapi kosong’ Latihan 1 : Lihatlah gambar di samping kiri. Objek mana yang langsung menarik pandangan mata anda? Tuliskan kesan anda di selembar kertas.
Lihatlah gambar tersebut untuk kedua kalinya, adakah hal lain yang menarik perhatian mata anda. Tuliskan kembali di selembar kertas.
Lakukan hal yang sama untuk ke-3 atau ke-4 kalinya, kemudian bandingkanlah setiap kesan yang anda tulis mulai dari yang pertama sampai yang terakhir. Silahkan ambil kesimpulan sendiri.
Latihan 2 : Lihat gambar Bradd Pitt dan Angelina Jolie di samping kanan. Lakukan langkah yang sama seperti pada latihan ke-1. Setelah itu, anda bandingkan kesimpulan yang anda peroleh dengan kesimpulan yang teman anda peroleh. Sebaiknya carilah teman yang berlainan jenis kelaminnya, agar diskusinya lebih hidup.
Selamat mencoba!
Palembang, 3 Oktober 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H