Peristiwa kematian mendadak karena serangan jantung yang menimpa politisi Partai Demokrat Adjie Massaid ( 43 tahun ), tidak lama setelah bermain sepak bola menggelitik kita untuk mempertanyakan kembali bagaimana sebenarnya pengaruh olah raga terhadap kesehatan seseorang yang seusia dengan Adjie Massaid.Usia dimana vitalitas dan stamina seseorang mulai menurun. Apakah mereka harus berhenti berolah raga, atau mengurangi intensitas latihan, atau mencari alternatif olah raga lain yang lebih sesuai?. Apalagi kasus Adjie Massaid bukanlah yang pertama, sebelumnya beberapa publik figure seperti politisi Partai Golkar Burhanuddin Napitupulu, juga mengalami hal yang serupa, sehabis bermain golf.
Selintas peristiwa tersebut mengesankan bahwa pengaruh jenis olah raga tertentu - seperti sepakbola – terhadap kesehatan bisa berubah yang semula positip menjadi negatip bahkan menyebabkan kematian sejalan dengan menurunnya vitalitas dan stamina tubuh seseorang.
Menurutkitab pengobatan Cina tradisional klasik, Huang Ti Nei Cing, vitalitas dan stamina tubuh seseorang ditentukan oleh kuat lemahnya qi ( energi vital ) Ginjal. Ginjal adalah organ dalam ( Cang ) yang memegang peranan penting dalam menentukan kelincahan seseorang dalam beraktivitas dan berfikir. Pada wanita qi Ginjal mulai melemah ketika mencapai usia 35 tahun, sedangkan pada pria saat mereka mencapai usia 40 tahun. Untuk menjaga agar vitalitas dan stamina tetap prima, para ahli pengobatan Cina menganjurkan untuk memelihara qi Ginjal dengan cara mengurangi aktivitas fisik dan berfikir dan menganjurkan melakukan olah raga tertentu secara teratur.
Berdasarkan pandangan Traditional Chinese Medicine ( TCM ) tersebut, ada batasan usia maksimal yang ideal bagi sesorang untuk bisa melakukan jenis olah raga tertentu – yang membutuhkan vitalitas dan stamina tubuh yang prima - agar tidak berpengaruh negatif terhadap kesehatannya. Setelah melampaui batasan usia maksimal, seseorang dianjurkan untuk mengurangi intensitas latihannya atau mencari alternatif olah raga lain sebagai penggantinya.
Satu jenis olah raga yang sesuai untuk mereka yang mulai menurun vitalitas dan staminanya dan dan direkomendasikan oleh TCM adalah Tai Chi. Walau pun sebenarnya Tai Chi adalah olah raga untuk semua kelompok usia. Mengapa Tai Chi?
Konon menurut shohibul hikayat, menjelang berakhirnya dinasti Goan (Yuen atau Mongolia, tahun 1277 – 1368 M ) di negeri Cina hiduplah seorang ahli seni bela diri yang genius bernama Thio Sam Hong. Semasa hidupnya ia sangatdisegani baik oleh kawan maupun lawan karena kepiawaiannya dalam seni bela diri. Di usia tuanya Ia mendirikan perguruan kungfu Bu Tong yang termasyhur. Dan menciptakan ilmu Tai Chi yang disarikan dan diformulasikan dari semua jurus bela diri yang dikuasainya dari berbagai aliran. Menurtnya Tai Chi bukan hanya seni bela diri semata, tetapi sekaligus dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Tai Chi bukan sekedar olah raga, tetapi juga seni untuk mengolah qi ( energi vital ) yang tersimpan dan bersirkulasi di seluruh tubuh kita. Menurut TCM disamping aliran darah ( xue ), kelenjar getah bening dan jaringan saraf, di dalam tubuh manusia terdapat juga aliran energi vital yang dikenal sebagai meridian, saluran dimana qi dan xue bersirkulasi. Qi adalah Yang dan Xue adalah Yin. Sehat menurut TCM adalah apabila Yang ( qi ) dan Yin ( xue) berada dalam keseimbangan dan mengalir dengan lancar, tanpa hambatan di dalam meridian. Sedangkan sakit sebaliknya.
Jurus-jurus Tai Chi diciptakan dengan tujuan menjaga agar qi dan xue selalu berada dalam keseimbangan dan bersirkulasi dengan lancar pada aliran meridian. Dengan menyelaraskan jurus Tai Chi, seni bernapas dan olah roso yang dikenal dengan mind, body and soul, yang dieksplorasi dalam latihan Tai Chi, kita dapat memanage qi dan xue dan mengharmoniskannya dengan qi alam yang kita serap melalui pernapasan dan kulit. Oleh karenanya berbeda dengan olah raga lain yang biasanya menguras qi ( energi vital ) tubuh untuk mengimbangi proses metabolisme yang meningkat selama latihan. Tai Chi justeru menghimpun dan memanfaatkan qi dari alam untuk proses metabolisme. Jadi dengan ber Tai Chi ria kita bukan hanya tidak kehilangan qi – ditandai dengan rasa lapar dan nafsu makan yang meningkat seperti yang sering dialami setiap kali selesai berolah raga – tetapi justeru meningkatkan cadangan qi tubuh.
Dengan demikian dapatlah dipahami bila Tai Chi dilakukan secara teratur dan terus menerus bukan hanya bermanfaat untuk kebugaran tubuh dan meningkatkan stamina, tetapi juga dapat mengurangi stress, menenangkan jiwa dan pikiran serta mengobati penyakit. Inilah sebagian alasan mengapa Tai Chi disebut bukan olah raga biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H