Judul : Inspirasi dari Tanah Eropa | Penulis : Ario Muhammad & Ahmad Ataka | Penerbit : Quanta-Elex Media Komputindo | Cetakan : Pertama, Agustus 2016 | Tebal : 202 halaman | ISBN : 978-602-02-9131-4
Meraih mimpi dilalui dengan kerja keras, doa, konsistensi, dan kesabaran. Buku ini menuangkan jejak-jejak perjalanan dua anak muda berlatar belakang berbeda. Ario Muhammad, pemuda asal Maluku Utara yang melanjutkan studi PhD di University of Bristol. Sedangkan Ahmad Ataka berasal Banyuwangi, pernah meraih medali Olimpiade Sains Nasional dan Olimpiade Fisika Internasional. Kini dia tengah studi PhD di King’s College of London.
Perjuangan keduanya meraih mimpi tidak tercipta tiba-tiba, tapi dimulai dari langkah pertama. Seperti kata Newton, awal memang selalu rumit. Berubah itu tak pernah mudah. Manusia sejatinya benci perubahan dan menikmati nyamannya kelembaman. Namun yakinlah, semua pencapaian takkan pernah ada tanpa kerja keras dan kesungguhan dalam berikhtiar (hal 16).
Mereka juga berhasil menaklukkan ketakutan meninggalkan tempat yang disebut rumah atau kampung halaman. Sebab salah satu bentuk perubahan yang paling rumit melibatkan perpindahan tempat tinggal.
Perjalanan berdua ke berbagai tempat ke Taiwan, Korea, Jepang, Kroasia, Inggris hingga Jerman menembus batas-batas geografis, tentu bukan sekadar melancong sehari dua hari. Mereka berdiam dalam waktu lama untuk proses menempuh studi S2 dan S3.
Selain perjuangan menembus ranah Eropa dalam arti geografis, mereka juga berkisah tentang perjumpaan-perjumpaan dengan tokoh-tokoh level dunia. Ario Muhammad mengisahkan pengalaman tak terlupakan ketika berinteraksi dengan Dr Khoirul Anwar, salah satu ilmuwan muda Indonesia yang mendunia. Dia pakar telekomunikasi dan pemilik paten sistem telekomunikasi 4G. Pengalamannya dengan Dr Khoirul Anwar ditulis dalam sub tulisan tersendiri.
Ahmad Ataka menulis perjumpaannya dengan Prof Li Zexiang dari Hong Kong University of Science and Technology, ketika di Hamburg, Jerman. “Tidak ada yang istimewa di balik kesuksesan. Semua dibalut kerja keras dan pengorbanan panjang, waktu, tenaga, dan kesabaran.
“Aku bekerja keras di saat orang lain bersenang-senang. Aku bangun di saat yang lain tidur nyenyak, tak berhenti di saat banyak yang menyerah kalah. Karena aku percaya, ilmu hanya bisa didapat lewat kesungguhan dalam belajar, dan kerendahan hati untuk mencerna hal-hal baru,” kata Prof Li (hal 58).
Ario juga bercerita tentang ibu dan pengorbanannya. Ario menulis, “Aku masih berjuang merealisasikan salah satu mimpinya menjadi seorang doktor yang pernah kukatakan padanya. Ibu adalah mutiara terbaik bagi kehidupan siapa pun. Doanya kekuatan. Ridhanya pintu-pintu rezeki yang terus mengalir.”
Sementara Ataka menulis tentang menjadi ‘ayah’ di usianya yang masih muda karena bapaknya meninggal di usia 46 tahun. Dia menggambarkan ayahnya dalam kalimat, “Aku belum pernah berkesempatan mengucapkan ini di hadapannya. Tapi hari ini kukatakan: seorang anak tak bisa memilih siapa yang menjadi ayahnya. Aku bersyukur dilahirkan sebagai anak dari seorang ayah sepertimu.”
Membaca catatan-catatan buku ini mudah-mudahan akan menumbuhkan semangat untuk meniru karena terinspirasi. Bahkan berbuat lebih baik dari mereka untuk masa depan Indonesia. Indonesia membutuhkan lebih banyak pemuda seperti mereka yang rela berbagi cerita kesuksesan, terpenting lagi proses perjuangannya meraih mimpi membangun negeri.