Mohon tunggu...
Ahmad Fauzi Manik
Ahmad Fauzi Manik Mohon Tunggu... Lainnya - Sumatera Utara

Jurnalis yang coba mengabarkan Sumatera Utara di Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

What Next?

15 Juni 2020   05:58 Diperbarui: 15 Juni 2020   05:48 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Satu-dua hari terakhir... kita dihebohkan oleh tuntutan Jaksa yang cuma 1 tahun.. atas kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.

Dari mulai pakar sekelas Refly Harun.. sampai warga biasa seperti kita.. rame-rame mengeluarkan pendapat...
Berkomentar atas cederanya rasa keadilan.

Segala macam media... Baik itu media papan atas atau biasa disebut media mainstream... sampai media rame-rame milik bersama yang biasa disingkat Medsos.. Berseliweran komentar-komentar bernada mengecam... yang intinya menyatakan kekecewaan.

Ya.. kita semua memang lagi-lagi dibuat kecewa.

Namun sadarkah kita, bahwa satu hal yang kembali terulang adalah abainya kita terhadap pertanyaan dan sikap... WHAT NEXT?

Apa selanjutnya?
Hal penting yang seharusnya tidak kita lupakan....

Apakah kita cukup puas sekedar bisa tampil sebagai "PAKAR DADAKAN"...dan menganggap tugas kita sudah selesai?

Atau adakah kemauan kita... untuk berupaya bersama agar Kejadian yang sama tidak terulang kembali dimasa yang akan datang ?

Pengalaman sebenarnya sudah membuktikan. Tapi sepenggal lirik lagu Iwan Fals (Lusuhnya kain bendera.. Di halaman rumah kita.. Bukan satu alasan.. Untuk kita tinggalkan) mendorong saya untuk berbagi cerita dibawah ini..

Sekedar mengingatkan, lebih baik jika Untuk di pikirkan...

Saya pernah membaca sebuah tulisan.. yang menceritakan tentang sebuah keluarga muda di Korea Selatan.. yang rela menguras uang tabungannya.. hanya untuk dipakai sebagai biaya untuk berangkat ke Ibukota.. untuk ikut serta dalam demonstrasi menentang Presiden Park Geun-hye.

Keluarga muda yang anaknya masih balita tersebut.. berpandangan bahwa tindakan Presiden yang dinilai menyalahgunakan wewenang kekuasaan... haruslah  di koreksi... Tidak bisa dibiarkan.. Apalagi sampai sampai berlarut-larut..

Kenapa?
Karena hal itu, mereka anggap akan berdampak terhadap masa depan anak mereka.
Tabungan bisa dikumpulkan kembali.. tapi masa depan ditentukan oleh apa yang dilakukan sekarang.
Sedemikian jauh pandangannya kedepan.

Faktanya... Kita bisa menilai bagaimana kehidupan yang dirasakan rakyat Korea Selatan dewasa ini.

Gak perlulah saya traikan panjang lebar disini.

Cukup Drakor nya saja yang menjawab.

Tulisan yang katanya dikutip dari The Guardian itu.. sampai sekarang masih terekam kuat dalam ingatan saya..
Seolah menampar dan membuat sedih rasanya hati ini...

Karena di negeri yang subur ini... Rakyatnya masih banyak yang hidup terancam kelaparan...

Kenapa?

Karena karakter yang seperti itu... Di negeri ini ...bagaikan pungguk merindukan bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun