Saat ini, distraksi dari media sosial, baik Instagram, X atau bahkan WhatsApp, kerap menjadi alasan diri kita lupa akan apa fokus dan tujuan kita yang sedang ingin dicapai. Terlebih, fitur story di Instagram, terkadang dianggap menjadi ajang pamer harta dan pencapaian. Tidak sedikit dari kita yang terdistraksi dengan hal tersebut.
Membandingkan hasil pencapaian diri sendiri dengan orang lain bisa menjadi sesuatu pemutus penyemangat hidup dan berakhir pada gangguan kesehatan mental. Tak jarang kita menilai pencapaian mereka lebih menggairahkan dibanding dengan pencapaian kita sendiri. Hal tersebut dinamakan sebagai upward social comparison.
Daripada membandingkan kondisi diri dengan orang lain, yang tidak akan ada habisnya, lebih baik menerapkan konsep gaya hidup ala Jepang, Kaizen. Kaizen (改善) sendiri berarti menjadi lebih baik dengan perubahan. Kai (改]) berarti perubahan dan Zen (善) berarti positif.
Gaya hidup Kaizen mengajarkan kita agar terus berkembang di setiap harinya. Program keberlanjutan atau continuity menjadi daya tarik Kaizen itu sendiri. Kaizen mengajarkan kita untuk terus berkembang walaupun hanya dengan langkah yang kecil. Fokus kepada diri sendiri bukan orang lain.
Pemain dan pelatih basket asal Amerika John Wooden pernah berkata, “Jangan mencari peningkatan besar dan cepat. Carilah perbaikan kecil satu hari pada satu waktu. Itulah satu-satunya cara itu terjadi. Dan ketika itu terjadi, itu akan bertahan.”
Dilansir dari Psychology Spot, terdapat empat langkah untuk menerapkan gaya hidup kaizen dalam keseharian. Berikut empat langkah tersebut:
1. Hasil apa yang ingin dicapai? Terus pertanyakan ini agar target dan tujuan yang ingin dicapai benar-benar jelas. Dengan begitu, gairah dan semangat untuk mencapai titik tersebut dapat terpelihara.
2. Kebiasaan apa yang bisa membawa kita pada tujuan tersebut? Coba deteksi tindakan yang harus dilakukan guna mencapai tujuan awal tadi. Kebiasaan tersebut tidak harus dilakukan dengan langkah yang besar, namun, dalam Kaizen sendiri habit atau kebiasaan kecil yang dilakukan secara berulang justru lebih disukai.
3. Apa yang membuat tujuan kita terhambat? Coba perbaiki dan pelajari untuk mendeteksi giat apa saja yang perlu diubah agar sama sekali tidak mengganggu tujuan di awal. Jangan lupa untuk menilai perkembangan diri dengan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang sebelumnya telah dilakukan..
4. Deteksi kegiatan apa yang harus dioptimalkan. Kembali deteksi kegiatan apa yang seharusnya dioptimalkan dan apa yang tidak. Hal tersebut, nantinya, guna memperbaiki kegiatan yang sebelumnya telah dijalani. Baik, itu dengan cara diperbaiki atau bahkan dioptimalkan.