Meningkatnya angka kejadian perilaku menyakiti diri pada remaja kian menghawatirkan, perilaku ini bahkan bisa mengarah kepada perilaku mengancam nyawa. Berdasarkan data dari jurnal ilmiah pada tahun 2022 ditampilkan bahwa bunuh diri termasuk dalam 3 besar penyebab kematian pada remaja di dunia. Lebih detail dijelaskan setiap 40 detik ada 1 remaja yang meninggal dunia diakibatkan perilaku bunuh diri. Keluarga sebagai orang terdekat bagi remaja ternyata memiliki andil yang besar dalam pencegahan perilaku menyakiti diri dan bunuh diri. Keluarga sebagai orang terdekat bagi remaja merupakan support factor utama di kehidupan mereka, sejalan dengan hal ini keluarga juga memiliki pengaruh yang besar dalam mengurangi bahkan mencegah perilaku negative pada remaja ini.
Ada beragam tugas keluarga, salah satu diantaranya adalah mengenal masalah setiap anggota keluarga. Hal ini menjadi perioritas utama sebagai keluarga dalam upaya melakukan pencegahan pada remaja sedini mungkin sebelum remaja memanifestasikan responnya dalam bentuk menyakiti diri atau bahkan percobaan bunuh diri. Seperti yang sudah kita pahami bersama masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mulai mengenal lingkungan dan mencari jati diri sesungguhnya, merupakan masa yang penting dan berperan dalam membentuk kepriadian juga masa depan remaja nantinya. Meski begitu keluarga tidak bisa banyak melakukan intervensi, respon keluarga lebih menekankan pada memberi pengarahan dibandingkan melakukan konfrontasi, remaja cenderung memiliki kondisi emosional yang labil dan sering kali bertindak irrasional terhadap hal yang bertentangan dengan prinsip atau pandangannya. Oleh karena itu pendekatan secara empati akan lebih bisa diterima oleh remaja sehingga ketika sudah mendapat “izin” memasuki batasan yang ada pada remaja keluarga bisa bebas memberikan pandangan baru untuk mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi.
Hal ini sejalan dengan hasil temuan dari banyak penelitian, dimana dikatakan bahwa ketika remaja mendapatkan dukungan yang positif dari anggota keluarganya mampu mengurangi potensi bahaya perilaku menyakiti diri dan bunuh diri. Dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat diartikan sebagai sejauh mana remaja merasa dicintai, diperhatikan, dihargai serta dihormati oleh keluarga khususnya orang tua. Ketika hal ini sudah berjalan maka remaja dengan sendirinya mampu membangun hubungan interpersonal yang baik guna meningkatkan kesehatan mental dan berdampak pada pengurangan perilaku menyakiti diri sendiri dan bunuh diri.
Masa remaja ialah masa yang indah, dimana setiap individu ingin jalani dengan sepenuh hati. Pencarian jati diri serta membentuk lingkungan pertemanan dimulai pada masa ini juga. Sebagai keluarga tugas kita mengawasi dan membimbing mereka agar tidak terjerumus kearah yang salah, sembari mengamati dari kejauhan tumbuhkanlah rasa percaya kepada mereka maka mereka pun akan melakukan hal yang sama sehingga sedikit demi sedikit secara perlahan akan mulai membuka diri dan mempercayai keluarga seutuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H