Sekuntum Dewandaru di meja Beranda
Tertindas asbak kayu cendana.
Sebuah perlambang,
Ada yg meminta datang ke tebing ber-alang
Senja tinggal sepenggalan
Sepuh merah tepi bebukitan
Alang pun di sisakannya bayang
Rimbun wangi Dewandaru sebar di tepi tebing dalam.
Tetabuhan itu yg terdengar,
adalah arak angin yang menimpa rumputan
berebut hendak hadirkan bebunyian
Sore hilang dan menua
Unggas hutan bersorai menyambut seorang
Nampak menawan di kejauhan
Bias Ungu lekas mendatangKelam jadi benderang Jentik jemarinya bersimbah keajaiban
Tiga kali ia melintas lalu
Di rambahnya Bunga Dewandaru,
Ditaburkan lepas, tepat di didepan ku
Satu satu melayang hingga ke dasar jauh
*mata malam-ku