Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi Ahmad
Muhammad Fauzi Ahmad Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Dou Mbojo yang kebetulan tinggal di Malang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

“Politik Judi” di Pentas Pilkada Tanah Bima

11 Februari 2015   21:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:24 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebuah akrobatik politik, rakyat menyaksikan hilir-mudiknya para calon dan kandidat yang maju bersaing di pentas Pilkada Bupati Bima Tahun 2015. Pertunjukkan politik yang sarat dengan “politik judi” mengundi nasib seringkali menghiasi momentum penting di pentas perpolitikan lokal tanah Bima. Kedua daerah serumpun, se-bahasa dan se-darah ini (Kota dan Kabupaten Bima) acapkali disuguhkan akrobatik politik tingkat tinggi dalam ukuran daerah-daerah di sekitarnya. Bersemangatnya para kandidat Bupati Bima dalam hal mendaftarkan diri di berbagai partai pengusung yang membuka pendaftaran calon merupakan sebuah bukti bahwa tensi dan suhu politik mulai memanas, seiring memanasnya suhu dan iklim cuaca keadaan alam tanah Bima.

Tidak dapat dipungkiri, kompetisi elit-elit tokoh lokal maupun inter-lokal (luar daerah) yang maju dalam bursa calon dengan visi-misi dan strategi program yang kompatibel dengan situasi dan kondisi daerah Bima adalah hal yang menarik menjadi “jualan isu” paling laku di musim-musim persiapan Pilkada hari ini. Di sisi lain, turun gunungnya para “politikus gaek” seperti mantan bupati, anggota DPRD dan tokoh-tokoh yang sering maju “mengundi nasib” di arena pilkada baik di Kota maupun di Kabupaten Bima adalah sebuah realitas “nafsu berkuasa” masih tetap menggebu-gebu. Nafas tua para politkus gaek yang maju bertarung di arena pilkada menjadi sebuah realitas bahwa pertarungan akan semakin sengit. Meskipun hak politik setiap warga negara untuk memilih dan dipilih, alangkah baiknya mereka-mereka “politikus gaek” tersebut memiliki kesadaran diri, berbesar hati dan memiliki jiwa kenegarawanan untuk memberikan peluang yang seluas-luasnya kepada tokoh, generasi potensial yang oleh rakyat dipercaya dapat mengemban amanat
memimpin tanah Bima kedepan.

Mempertanyakan Visi, Misi dan Strategi Para Kandidat

Kita masih mereka-reka, isu apa saja yang para kandidat tawarkan kepada masyarakat tanah Bima dalam menggaet massa, para pemilih dan konstituennya sebagai suatu yang lebih menarik dan sesuai dengan situasi, kondisi kekinian dan kedisinian Bima saat ini. Visi, misi dan strategi yang ditawarkan ke masyarakat menjadi sebuah tawaran konkrit dalam memberikan secercah harapan kepada rakyat, agar tanah Bima dan beragam potensinya bisa selangkah lebih maju dibandingkan dengan daerah-daerah lain di nusantara ini. Pertanyaannya hari ini, program-program yang “membumi” seperti apa yang mereka tawarkan kepada publik dalam upaya mengurai permasalahan yang menggurita di tanah Bima. Seperti hal nya, pengganguran yang kian menggunung, pembukaan lapangan kerja baru, investasi yang terhambat, konflik horizontal yang sporadik, revitalisasi pertanian, peternakan, dan kelautan, pertumbuhan UMKM dan wiraswasta serta masih banyak lagi permasalahan-permasalahan yang lebih mendasar lainnya yang dihadapi oleh rakyat hari ini. Mempertanyakan visi, misi dan strategi program mereka dalam mengelola tanah Bima penting dilakukan, mengingat sudah banyak contoh dan realitas, setelah menjadi menjadi Bupati/Walikota dan penentu kebijakan di daerah banyak yang mingi-monga (bahasa Bima) alias “bingung” mau diapakan dan dibawa kemana daerah ini.

Visi, misi dan strategi program yang ditawarkan oleh para kandidat bukan hanya bagus di lembaran-lembaran kertas, melainkan bisa membumi, dapat dilaksanakan, dan berdasarkan murni aspirasi rakyat. Kegagalan strategi program selama ini diakibatkan oleh tidak sinergisnya apa yang menjadi “keinginan rakyat” dengan apa yang disuguhkan oleh elit-elit yang berkuasa. Dengan alasan “hak prerogatif” para elit-elit yang berkuasa “bisa se-enaknya” mengelola birokrasi tanpa melihat roadmap berupa visi, misi dan strategi yang telah dibuat. Yang akhirnya terkesan, visi, misi dan strategi program tesebut sebagai pajangan, lips service, penghias bibir, dan penggembira laman dan website instansi pemerintah daerah.

Visi, misi dan strategi program yang para kandidat tawarkan tidak lagi memuat hal-hal yang sudah usang, basi, copypaste, yang hanya memuat “angan-angan kosong” tanpa melihat realitas yang dihadapi rakyatnya. Dan juga tidak berisikan “omong kosong” untuk memperdayai rakyat sebagai konstituennya di kala kampanye, melainkan harus menjadi komitmen “janji suci” kepada rakyat bahwa bisa dilaksanakan dan benar-benar menjadi janji yang harus ditepati.

Dan kita berharap, para kandidat yang maju sebagai bakal calon bupati yang mendaftar di berbagai parpol sekarang dapat memberikan pendidikan politik yang lebih baik kepada rakyatnya, tidak mengajarkan politik uang dan suap-menyuap, membeli suara dan dukungan, yang akhirnya prilaku seperti ini “meluluh-lantahkan” niat baik rakyat dalam memilih figur calon Bupati Bima yang lebih berkualitas. “Politik judi” dengan upaya mengadu dan mengundi nasib di arena Pilkada dengan mencalonkan diri berkali-kali sama halnya te,e katotu (bahasa Bima) memasang perangkap ikan di tengah air laut yang masih surut….mari kita ciptakan Pemilukada tanah Bima yang berkualitas dengan memberikan pencerahan politik kepada para pemilih, agar memilih calon-calon yang berkualitas yang bukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan lokalitas, se-desa, se-kecamatan se-golongan, melainkan bener-benar berdararkan pertimbangan kapasitas, kapabilitas dan integritas serta track record dari calon.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun