Sumber: detik.com
"Cemara menderai sampai jauh.."
Kawan, ini tentang penggambaran usaha manusia dalam menjalani kehidupannya yang tak pasti. Entah besok akan seperti apa, entah minggu, bulan, dan tahun ke depan akan seperti apa, tapi perlulah kita ingat bahwa kehidupan yang kita jalani  adalah serangkaian proses panjang yang akan terus berjalan.
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Kawan, ini tentang kehidupan kita, kehidupan manusia, yang kita sendiri tak tahu Sang Pencipta akan mempersaksikan kejadian atau momen seperti apa. Kehidupan kita tidak selalu seperti kisah-kisah prosa panjang yang berakhiran indah. Dalam puisi ini, kita diajak merenung. Sedari kecil kita diajarkan menerima atau melawan permasalahan yang sedang kita hadapi dengan rasa tanggung jawab.
Kian dewasa, masalah datang silih berganti. Bertambah berat, menambah penat. Sesekali kita ingin menyerah, bukan? Hal ini disampaikan Chairil Anwar dalam bait puisi yang kedua.Â
Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini
Kawan, terkadang aku bermimpi aku menjadi manusia terkuat. Mengingat masalah kehidupan yang datang tiada henti, sebagaimana bait kedua puisi Chairil Anwar ini, berhasil menjadikanku manusia yang mengerti arti kedewasaan. Aku menangkap sebuah makna. Menjadi dewasa, menjadikan diri ini bertanggung jawab, karena aku tahu aku bukan kanak-kanak lagi. Dan aku akan menahan itu. Menahan rasa amarah, mengendalikannya.
Chairil Anwar menjelaskan dalam bait ketiga puisinya, bahwa dalam hidup ini, kita tak selamanya akan berhasil. Ada kalanya kita jatuh. Bangkit kembali. Melangkah menggapai mimpi. Tapi kemudian, kita jatuh kembali.
Hidup hanya menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
Kawan, aku akan mengajakmu berhenti di sebuah persimpangan sebelum kita kembali meneruskan perjalanan.
Pertama, aku akan memberitahumu, bahwa puisi Chairil Anwar bertajuk "Derai-Derai Cemara" ini memanglah puisi yang indah. Sangat indah dengan makna-makna yang menyentuh basirah. Tak ayal, puisi ini pernah dibawakan dalam musikalisasi puisi. Aku menyukai bait demi bait puisi ini.
Kedua, aku mengajakmu untuk rehat dahulu. Perhatikanlah bait ketiga itu. Terdapat kata "kekalahan" dan "menyerah" di sana. Aku menangkap sebuah makna lagi. Dalam hidup ini, sudah aku katakan bahwa kita tak selamanya akan berhasil. Ada kalanya kita jatuh. Bangkit kembali. Melangkah menggapai mimpi. Tapi kemudian, kita jatuh kembali. Di lain sisi pula, kita sempat berpikir untuk menyerah. Beranggapan bahwa semua proses yang sudah kita lalui tidak ada apa-apanya. Lebih baik menyerah sajalah. Berputus asa. Menerima kekalahan dengan sedih berkepanjangan. Ketahuilah, Kawan. Hal itu akan membuat kita jadi merasa bersalah. Kita beranggapan bahwa kekalahan itu sama dengan masa depan kita hancur. Sudah seharusnya, kita menghindari pemikiran seperti itu.
Kita adalah makhluk Tuhan yang sempurna. Diberikan akal agar kita bisa berpikir bagaimana menyikapi berbagai permasalahan dalam hidup, salah satu contohnya adalah bagaimana cara kita menyikapi kekalahan dengan tidak menyerah begitu cepat. Kita hanya perlu berprasangka baik kepada Tuhan. Maka aku pun yakin, ketika kita berhasil pasrah pada Tuhan, hal baik akan terjadi. Karena sesungguhnya, Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita dengan memberikan sebuah pelajaran agar kita tak menyerah begitu saja.