Mohon tunggu...
Mohammad Fauzi Alvi Yasin
Mohammad Fauzi Alvi Yasin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kepala Urusan Keuangan Desa Sraten

Belajar menulis, sebab kata pepatah dengan menulis maka engkau akan dikenang sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Teks Pidato Anies Baswedan

20 Mei 2014   22:24 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:19 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PIDATO ANIES BASWEDAN

(Dalam Debat Bernegara Konvensi CAPRES Partai Demokrat 2014)

Oleh : Mohammad Fauzi Alvi Yasin (AN’13 – Fisip Universitas Udayana)

Republik ini merdeka bukan sekedar untuk menggulung kolonialisme. Republik ini hadir untuk menggelar kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Republik ini datang bukan dengan cita-cita. Republik ini bukan datang dengan harapan. Republik ini datang dengan janji. Cita-cita adalah sesuatu yang ingin kita raih, bila kita berhasil meraihnya maka kita syukuri. Tapi bila gagal, kita revisi cita-cita itu.

Republik ini berjanji dan janji tidak bisa direvisi, janji harus dilunasi, pada setiap anak bangsa Indonesia. Apa janji republik ini ? Republik ini berjanji Melindungi, berjanji Mencerdaskan, berjanji Mensejahterakan, dan berjanji membuat setiap kita menjadi bagian dari dunia. Janji ini bukan janji pemerintah, janji ini adalah janji seluruh bangsa Indonesia. Karena itu saya merasa terpanggil untuk Turun Tangan rame-rame melunasi janji kemerdekaan kita.

Ini bukan sekedar tanggung jawab pemerintah, ini tanggung jawab kita semua. Karenanya panggilan ini, adalah panggilan untuk sama-sama, mari kita lunasi janji ini. Kita berjanji melindungi, artinya apa ? Republik ini tidak dirancang untuk melindungi Minoritas, tidak dirancang untuk melindungi Mayoritas, republik ini dirancang untuk melindungi setiap warga Negara Indonesia secara tanpa syarat. Siapapun, dimanapun, agama apapun, keyakinan apapun, etnis apapun, bahasa apapun, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perlindungan yang sama republik ini.

Yang kedua kita berjanji untuk mensejahterakan, kita berjanji untuk mencerdaskan, dan kita lihat disini Alhamdulillah hari ini penduduk kita 240 Juta orang. Pada saat kita merdeka penduduk kita sekitar 70-an Juta jiwa ada yang menyebut 73 juta, dan dari 73 juta itu 95% buta huruf. Mereka memiliki seluruh persyaratan untuk peseimis, keterbelakang, miskin, tak terdidik. Hari ini penduduk kita 240 Juta, dan 95% buta huruf itu hari ini tinggal 8%. Tak banyak, tak banyak bangsa di dunia yang bisa mengubah dari buta huruf total menjadi melek huruf total seperti sekarang, tak banyak bangsa di dunia melakukan itu dan Indonesia melakukan ini dan hari ini kita memiliki seluruh persyaratan untuk optimis. Karena itu kita turun tangan sama-sama membangkitkan optimisme republik ini.

Tapi itu tidak cukup, hari ini yang terdidik pendidikan tinggi hanya 8%. Dan bila kita lihat hari ini yang berada diruangan ini, yang bisa berdiri disini, yang bisa mengelola, yang bisa merasakan kemajuan adalah mereka yang terdidik, mereka yang merasakan manfaat ketercerdasan, mereka yang diangkat naik kelas. 45% lebih hari ini masih berpendidikan SD.

Kalau kita ingin maju menjadi bangsa yang besar, jangan fokus pada material, jangan fokus pada sumber daya alam, tapi fokus pada manusia Indonesia. Kunci memajukan Indonesia pada manusianya. Tapi kita sering merasa kekayaan terbesar kita adalah, minyak, gas, tambang, laut, hutan, itu kekayaan tapi hidayah terbesar adalah Manusia Indonesia. Itu kekayaan terbesar kita.

Begitu manusianya terkembangkan, manusianya tercerdaskan, maka seluruh potensi ini bisa diubah menjadi potensi yang membuat kita meraih kesejahteraan. Karena itu saya melihat mengembangkan manusia jadi kunci dan saya garis bawahi mengembangkan manusia bukan semata-mata sumber daya. Kenapa ? karena manusia harus dikembangkan seutuhnya, dalam mengembangkan ini yang paling krusial hari ini di Indonesia, kita sekarang berapa waktu ini dihantam dengan tsunami korupsi. Korupsi disegala level, tapi kita harus perhatikan korupsi adalah gejala, penyakitnya adalah Defisit Integritas, tiadanya integritas. Karena itu pendidikan kita adalah untuk membangun integritas, menghasilkan orang-orang jujur, orang-orang berkarakter. Yang bila diberi amanah, maka dia akan mengubah amanah itu menjadi kebahagiaan, kemajuan, dan kesejahteraan bagi kita semua.

Pendidikan adalah kunci, tapi dalam jangka pendek, kita harus bereskan ekonomi kita. Kita harus bereskan penegakan hukum kita. Tapi itu semua jika tidak ditopang dengan kualitas manusia yang baik, maka dia akan hanya meningkatkan angka-angka laporan padahal yang kita butuhkan adalah perubahan realita di masyarakat.

Dan dalam konteks penegakan hukum ini, hari ini kita harus dorong satu sisi tingkatkan soal integritas sisi lain kita harus menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Tak pandang latar belakangnya, tak lihat agamanya, tak lihat warna kelompoknya, tak lihat warna partainya, siapa melanggar hukum mereka dihadapkan dengan penegakan hukum. Saya rasa ini menjadi kunci bila kita miliki 3 pilar, ada pilar ekonomi ada pilar demokrasi dua ini berjalan tapi pilar yang ketiga yang menopang adalah kepastian hukum, keadilan roll rule of lawdisini kita perlu hadirkan.

Dalam jangka pendek ini kita harus mengahdirkan pilar ketiga melalui kepemimpinan yang efektif, kepemimpinan yang menggerakkan. Karena tidak bisa urusan sebesar Indonesia, diselesaikan satu orang. Kita harus memunculkan kepemimpinan yang mengajak semua orang turun tangan, terlibat, melunasi sama-sama janji kemerdekaan itu. Indonesia ini adalah Indonesia kita semua, milik kita. Mari kita miliki masalah yang ada di bangsa ini, lalu kita turun tangan rame-rame menyelesaikan masalah yang ada di bangsa ini.

Dan biarkan nanti, biarkan nanti kita bisa mempertanggung jawabkan peran kita hari ini kepada tuhan dan kepada anak-anak kita, serta anak-anak dari anak-anak kita. Bahwa di-era ini kita tidak tinggal diam, kita turun tangan dan kita wariskan republik yang berdiri lebih tegak dari semuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun