Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi
Muhammad Fauzi Mohon Tunggu... Freelancer - Sosialistik

Pemuda penggerak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merdeka Dimulai dari yang Paling Sederhana

17 Agustus 2021   10:27 Diperbarui: 17 Agustus 2021   10:35 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merdeka ke 76 tahun Indonesia. Waktunya story semua media sosial ramaip memanajang Selamat HUT Kemerdekaan. Sebagai bentuk kemerdekaan atas jari-jari dan gadget yang dimiliki. Maka, tindakan itup menjadi benar. Sebagai bentuk sekecil-kecilnya perayaan kemerdekaan bangsa kita.

Hanya saja, kemerdekaan yang ada banyak di rasa sebaliknya. Banyak yang tidak merdeka dalam unsur kehidupan bernegara bahkan juga kepada hal yang paling kecil yang kita punya. Secara nasional, mungkin kita tidak asing dengan kritik kepada penguasa. 

Bahwasaanya, Indonesia negara kaya yang mengkayakan beberapa pihak saja yang rakus akan kekayaan alam. Kegiatan eksploitasi besar-besaran, pembabatan hutan yang mengesampingkan hajat hidup orang banyak. Sudah sangat sering dan mudah sekali kita dengar. Itu pandangan ketidak merdekaan bangsa ini dari sudut pandang yang jauh di atas sana.

Sekarang, coba kita lihat kemerdekaan dari sudut pandang yang paling dekat dan bisa kita jangkau.

Karena momen kemerdekaan kita saat ini bersalang satu hari dari kegiatan politik desa. Maka saya ingin mengajak cah kancah semua untuk melihat ini sebagai diskursus.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, merdeka adalah keadaan dimana kita semua merasakan kebebasan berfikir, bersuara atau bahkan juga hidup. Bahkan juga merdeka dalam urusan politik. Kegiatan politik kenegaraan yang paling dekat dengan kita yang hanya masyarakat bawah adalah pesta demokrasi pilkades.

Stemple paling terang dalam kegiatan perpolitikan adalah urusan perebutan kedudukan yang dilakukan dengan membeli suara masyarakat. Persoalan ini sudah bukan menjadi rahasia. Walaupun tidak semuanya, tetapi historis perjalanannya menampakkan yang demikian.

Untuk urusan ini, silahkan dinilai sendiri. Apakah kita merdeka dalam urusan "mengajak masyarakat untuk memilih" dan apakah kita merdeka dalam urusan "memberikan hak pilih kita?"

Yang nyalon memang punya kemerdekaan untuk nyalon. Tapi, harus juga punya mental merdeka untuk tidak membuat masyarakat sebagai dagangan dengan menghitung berapa yang harus dikeluarkan agar mendapat banyak suara.

Dan masyarakat merdeka untuk memberikan pilihan. Tapi jangan sampai mendukung pembentukan iklim politik yang selalu ke Uang-uangan. Dengan cara, ya silahakan yang sudah merdeka mendaftarkan jadi sebagai calon kepala desa dan kita sebagai masyarakat, merdeka untuk menetukan pilihan. Silahkan mulai di nilai dan di timbang serta diyakini untuk memilih berlandaskan harapan baik, bahwa dengan pilihan kita kondisi kita kedepan akan lebih baik.

Tuntaskan gambar-gambar story medsos kita yang Merayakan Kemerdekaan, dengan mulai untuk memikirkan nasib desa yang satu hari sebelumnya sudah di buka untuk bersama-sama kita lihat dan bersama-sama kita ikuti jalan ceritanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun