Buka bersama atau biasa disebut bukber, menjadi salah satu moment yang ditunggu saat Ramadan. Dulu sebelum pandemi, hampir tiap hari ada acara bukber. Entah bukber kantor, sahabat, komunitas, sampai job review.
Sekarang saat pandemi, undangan bukber lenyap. Tak ada. Ya kami menyadari semua demi kebaikan bersama. Menahan rindu untuk manfaat yang lebih baik inshaAllah.
Karena kondisi inilah muncul ide bukber virtual. Bukber yang dilakukan secara online oleh beberapa orang dari tempat terpisah dengan waktu yang sama.
Tapi entah kenapa saya belum tergerak untuk melakukan bukber virtual. Bukan tanpa alasan sih. Ada beberapa alasan mengapa sampai sekarang belum bukber virtual
- Keterbatasan fasilitas
- Selain karena saya tinggal di desa dengan sinyal yang belum tentu lancar. Juga untuk sebagian orang, bukber virtual ini menyusahkan beberapa pihak yang kurang bisa menggunakan teknologi.
- Teknologi, menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.
- Teman-teman saya kebanyakan sudah berkeluarga. Pasti bukber dengan keluarga masing-masing. Takutnya malah ganggu waktu keluarga. Jadi ingat istilah teknologi menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.
- Selain itu tidak semua bagian dari keluarga bisa menyatu dengan kita. Sekali lagi malah takut mengganggu family time yang lain.
- Sinkronisasi waktu berbuka
- Bukber virtual perlu menyesuaikan dengan waktu, seperti WIT, WITA, dan WIB. Ini memungkinkan bentrok waktu terawih. Selain itu masalah ontime dan ngaret. Kasihan yang ontime.
- Mengingatkan saya pada webinar
- Saat membayangkan bukber virtual, ingatan saya ke webinar. Dimana banyak peserta di dalam kotak-kotak. Saling ngobrol.
- Perbedaan karakter masing-masing orang
- Masing-masing orang memiliki karakter yang berbeda. Pasti dong ya? Ada karakter yang suka mengekspos kehidupan probadi di sosmed, namun juga ada yang cenderung kurang cocok dan tidak nyaman mengekspos kehidupan pribadi.
- Karena pasti saat bukber virtual biasanya perbincangan seputar kehidupan pribadi. Misalnya siapa yang masak menu berbuka, lagi sama siapa, di rumah ada siapa saja, dan pertanyaan lain.
Benar sih bukber virtual bisa mengobati rasa rindu, namun Alhamdulillah rasa rindu itu bisa juga terobati melalui sosmed dan chatting WA.
Saya nulis ini bukan berarti saya tidak setuju dengan bukber virtual. Saya sepakat saja jika itu memang mudah direalisasikan.
Buat yang belum bisa, mari bersabar sejenak dan saling mendoakan kebaikan. inshaAllah rindu kita bertemu di langit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H