Sejak kelar dari aktivitas kuliah di Surabaya, rutinitas ngopi saya banyak berkurang. Pertama karena tidak sering lembur seperti saat kuliah, kedua di Malang tidak ada yang diajakin ngopi. Sometimes saya kangen ma kebiasaan ngopi ini.
Di bulan April ini gayung bersambut, di Malang ada acara Malang Sejuta Kopi. Mendengar acara ini, saya langsung tertarik buat gabung. Tahun ini adalah tahun kedua penyelenggaraan Malang sejuta Kopi, kabar gembiranya ada sekitar 41 kedai kopi yang berpartisipasi. Wah, para penikmat kopi harus mampir ke Malang nih.
Ngopi-ngopi pertama saya di Aventree BBQ and Homestay yang terletak di JL. Soekarno Hatta B4A Malang. Â Tak sulit menemukan kafe ini, karena ada di map dan Suhat adalah Kawasan yang dipadati dengan berbagai macam kuliner yang memanjakan lidah.
Pertama melangkahkan kaki di kafe ini saya langsung dimanjakan denga furniture kayu dan desain dinding yang menarik. Ya, yang paling menonjol di sini adalah pemakaian kayu sebagai bahan utama furniture. Pemandangan agak berbeda di lantai dua, di lantai dua tempat duduk menggunakan sofa.
Mengapa Kopi Gunung Kawi?
Karena Kopi Gunung Kawi tak kalah enak dengan kopi lokal lainnya, selain itu kopi jenis ini dikembangkan dengan cara organic. Selain itu, karena unsur hara tanah yang berbeda dengan daerah lain. Kalau saya amati, rasanya nikmat dan tidak begitu asam.
Namun sayangnya, Kopi Gunung Kawi masih belum banyak dibudidayakan, masih sebatas pekarangan. Padahal rasanya enak lo. Semoga melalui event Malang Sejuta Kopi, para petani kopi di Gunung Kawi lebih semangat dalam mengembangkan kopi lokal di sana.
Dalam penyajiannya, Mas Indra menimbang kopi, mengatur suhu air, dan menyiapkan peralatan. Saat menyajikan V60, Mas Indra dengan sabar menuangkan kopi ke atas kertas filter. Tidak langsung dituang begitu saja, tapi perlahan-lahan sambil digoyang-goyang. Untuk itulah kopi dengan penyajian V60 ini disebut juga "kopi sabar" karena proses mulai awal sampai jadi, butuh kesabaran ekstra disbanding bikin kopi dengan teknik lain.
Kopi Gunung Kawi yang disajikan dengan metode V60 ini rasanya soft, saya biasanya kurang suka kalau penyajian kopi tanpa gula. Tapi hari itu, meski tanpa gula, saya suka ma rasanya. Tak terlalu pahit, karena memang salah satu penyebabnya si ampas sudah hilang.
Menu selanjutnya pake Vietnam drip. Untuk metode ini, Mas Indra menyampurkan susu, jadi rasanya lebih manis. pas banget ma Mbak Sri, teman ngopi saya saat itu yang tidak begitu suka kopi. Dengan campuran susu, si Mbak bisa ikut menikmati kopi.