Anak tunagrahita adalah anak dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata dan mengalami keterlambatan sosial. Perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mampu mencapai tahap perkembangan yang optimal. Kemampuan anak tunagrahita yang di bawah rata-rata berdampak pada masalah kognitif. Biasanya ditandai dengan perkembangan mental yang kurang sehingga berpengaruh pada intelektual anak baik dari segi motorik, bahasa, kemampuan kognitif dan sosial (Shidqiyah & Setianingsih, 2023). Hal ini menyebabkan anak kurang mampu mengembangkan keterampilan yang seharusnya dimililiki anak seusianya.Â
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada salah satu sekolah inkusi, ditemukan bahwa tidak semua peserta didik mampu memahami materi aljabar. Masalah ini ditemukan ketika peserta didik tunagrahita ringan diminta untuk menentukan variabel, konstanta, dan koefisien dari persamaan yang diberikan oleh guru. Akan tetapi peserta didik tersebut hanya diam saat ditanya. Hal tersebut menjadi salah satu masalah yang harus dicari solusinya oleh guru. Untuk mewujudkan pembelajaran matematika terhadap peserta didik tunagrahita mengenai materi aljabar, guru harus memilih cara yang efektif. Dalam mengajarkan matematika pada peserta didik tunagrahita diupayakan menggunakan media pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik. Salah satunya dengan menggunakan metode outdoor learning. Â Â
Outdoor learning merupakan pembelajaran yang dapat menghubungkan teori dengan kenyataan yang ada dalam dunia nyata sehingga dapat meningkatkan kemampuan belajar peserta didik melalui objek-objek yang ditemuinya (Rohim & Asmana, 2018). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Arizandi (2018), menyebutkan bahwa outdoor learning adalah pembelajaran yang dirancang agar peserta didik dapat mempelajari materi secara langsung dengan benda nyata, sehingga dapat mempermudah dalam pembelajaran. Outdoor learning  juga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik melalui lingkungan belajar yang menyenangkan dan menggunakan media pembelajaran konkret yaitu benda-benda di sekitar lingkungan belajar sehingga meningkatkan kemampuan eksplorasi peserta didik dan memudahkan peserta didik memahami konsep materi yang diajarkan (Thalib & Ahmad, 2020). Outdoor learning dapat digunakan untuk mempelajari mata pelajaran apa pun, termasuk mata pelajaran matematika. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Cahyono & Ludwig (2019) yang menyatakan bahwa melalui outdoor learning dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan  meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.
Pada praktiknya peserta didik tunagrahita ringan mengikuti pembelajaran outdoor learning. Sebelum memulai pembelajaran, guru memberikan instruksi untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang dan membagikan LKPD. Setelah setiap kelompok mendapat LKPD kemudian peserta didik keluar kelas dan mengerjakan sesuai instruksi yang ada pada LKPD. Instruksi untuk setiap kelompok berbeda-beda, ada yang diminta untuk mendata jenis tanaman di depan kelas, jenis tanaman di taman, jenis sepada motor, dll. Setelah mendapatkan data, mereka diminta untuk menyatakan dalam bentuk aljabar dan menentukan unsur-unsur yang membentuk aljabar. Peserta didik tunagrahita terlihat antusias dan terlibat aktif dalam menggali informasi dan memahami mengenai unsur-unsur aljabar. Melalui pembelajaran outdoor learning tersebut setiap kelompok bekerja sama dalam mengumpulkan data sebanyak-banyaknya kemudian menyimpulkan di akhir terkait dengan materi yang dipelajari.
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran dengan outdoor learning tersebut dapat dikatakan bahwa peserta didik tunagrahita ringan dapat terlibat aktif dan mampu menggali informasi terkait materi aljabar. Selain itu, hasil belajar peserta didik tersebut juga mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan.Â
Daftar PustakaÂ
Arizandi, A. (2018). Outdoor Learning Activities on the Second Year Students’ Reading Comprehension of English Education Department. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Cahyono, A. N., & Ludwig, M. (2019). Teaching and learning mathematics around the city supported by the use of digital technology. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 15(1), 1–8. https://doi.org/10.29333/ejmste/99514
Rohim, A., & Asmana, A. T. (2018). Efektivitas pembelajaran di luar kelas (outdoor learning) dengan pendekatan PMRI pada materi SPLDV. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 5(3), 217–229. http://jurnal.uns.ac.id/jpm
Shidqiyah, A. P., & Setianingsih, D. (2023). Pengaruh terapi bermain dengan media capit dan pom-pom terhadap kemampuan mengenal warna pada anak tunagrahita ringan kelas IV Di SLB Marsudi Putra 1. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 10(1), 75–84.
Thalib, S. B., & Ahmad, M. A. (2020). The outdoor learning modules based on traditional games in improving prosocial behaviour of early childhood. International Education Studies, 13(10), 88–104.