Mohon tunggu...
FAUZIAH ABDILLAH (minziiah)
FAUZIAH ABDILLAH (minziiah) Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Seperti Lansia yang Lainnya

26 Desember 2023   21:26 Diperbarui: 16 Januari 2024   10:17 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Masa tua merupakan fase kehidupan yang umumnya ditandai oleh pertambahan usia dan biasanya diidentifikasi sebagai periode setelah pensiun atau ketika seseorang mencapai usia lanjut. Jika dilihat dari berbagai macam variasi cara lansia menjalani kehidupannya, tentu ketika muda mereka memiliki cita-cita untuk beristirahat di rumah dengan orang-orang tersayang tanpa harus pusing memikirkan uang untuk membeli atau memenuhi berbagai macam kebutuhan terutama kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan dan papan. Namun apa daya, tidak semua orang bisa merealisasikan keinginannya di masa tua karena adanya perbedaan jalan kehidupan pada setiap manusia.

Pada kisah ini, bercerita tentang seorang wanita berusia 65 tahun bernama Rukanah yang tinggal bersama suaminya di salah satu desa yang ada di kecamatan Ciranjang dengan keadaan rumahnya yang kurang layak huni karena sudah termakan usia sehingga terdapat banyak kerusakan di dalamnya, wanita lansia ini masih harus bersusah payah dalam kehidupan sehari-harinya karena hanya mengandalkan penghasilan dari hasil mengumpulkan sampah plastik yang nantinya dijual sehingga menghasilkan uang untuk dipakai kebutuhan sehari-hari.

Biasanya dalam sehari bisa mendapatkan satu karung sampah plastik yang dikumpulkan dari siang hingga sore, sampah plastik yang telah dikumpulkan itu ketika dijual dihargai sebesar Rp.1.500 untuk /1Kg nya. Penghasilannya itu dipakai untuk kebutuhan makan untuk dua orang yaitu ia dan suaminya. Keseharian makannyapun hanya dengan gorengan karena uang yang dimilikinya dari hasil menjual sampah plastik memang terbatas.

Pada awalnya, ia memiliki warung kecil-kecilan, namun pada saat itu karena suaminya sering mengamuk ketika penyakitnya kambuh membuat warga di kampung merasa ketakutan jika harus berbelanja ke warungnya, sehingga pada akhirnya warungnya tidak lagi laku dan tutup. Suaminya pun tidak lagi bekerja sebagai satpam sejak memiliki penyakit kejiwaan, sehingga kini yang bekerja hanya sang istri dengan cara mengumpulkan sampah plastik untuk dijual.

Kehidupannya di lingkungan masyaraktpun tidak seperti yang lainnya karena ia lebih memilih menutup diri dan diam di rumah untuk menjaga suaminya. Ia mengaku berat dengan yang dijalaninya karena selain harus mengumpulkan sampah plastik ia juga harus menjaga suaminya yang ditakutkan kambuh secara tiba-tiba, pernah suatu saat suaminya kambuh dan kabur dari rumah dan mengamuk mengelilingi kampung membuat seluruh warga ketakutan, namun untungnya ada tim dari karang taruna yang membantu untuk mengamankannya.

Tidak ada kegiatan rutin lain selain mencari sampah plastik untuk dikumpulkan setiap harinya dan menjaga suaminya, namun ada beberapa kegiatan yang hanya dilakukan ketika panen tiba yaitu mengumpulkan padi dari sisa-sisa yang sudah tidak terpakai lagi pada malam hari hingga pagi, hal itu dilakukan karena menurutnya bisa menambah stok padi atau beras nantinya tanpa harus membeli. Terkadang juga ikut bekerja untuk menanam padi (tandur) di sawah orang lain yang kemudian mendapat upah untuk tambahan pemasukannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun