Pendidikan merupakan salah satu kewajiban orang tua yang wajib dipenuhi terhadap anak-anaknya. Apa lagi menghadapi dunia modern saat ini. Dulu kebanyakan yang bekerja di luar rumah itu orang tua laki-laki. Sementara ibu memilih untuk tidak bekerja. Namun berbeda halnya saat ini, dimana kedua orang tua cenderung memilih bekerja di luar rumah. Ini mungkin yang membedakannya dulu dan sekarang.
Dulu ibu-ibu lebih memilih berperan sebagai ibu rumah tangga (fullday). Ayahlah yang menjadi tulang punggung keluarga yang bekerja mencari nafkah. Nah, di sini peran ibu sangat aktif dalam memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Jauh berbeda dengan saat ini, ketika ibu memilih untuk bekerja di luar rumah.
Pada saat seperti ini, ada sebuah kemungkinan yang di pastikan terjadi yaitu kurangnya waktu untuk mendampingi anak. Kecenderungan inilah yang kemudian terjadi, orang tua mempercayakan orang lain untuk mendampingi anaknya. Sebut saja dalam hal mengulang pelajaran mereka di sekolah. Orang tua lebih memilih guru privat karena tidak punya waktu cukup untuk mendampingi anak belajar.
Bagi sebagian orang tua yang tetap sadar dengan perannya, mereka tidak serta merta menyerahkan anaknya bulat-bulat kepada orang lain meskipun bekerja di luar. Mereka selalu berusaha untuk memainkan peran sebaik mungkin. Dengan demikian, si anak bisa merasakan kehadiran sebuah sosok yang perfect di hadapan mereka. Orang tua, guru sekaligus teman mereka bermain.
Ini yang kemudian dikenal dengan istilah “My parent, my best teacher”. Lalu pertanyaannya, seperti apa sosok itu? sudahkah kita menjadi sosok itu? atau bisakah kita menjadi sosok seperti itu?
Sangat penting bagi orang tua menjaga kedekatan dengan anak. Mencakup dalam segala hal, termasuk bagaimana interaksi orang tua terhadap anak. Kemudian, bagaimana orang tua membangun sebuah atmosfer kedekatan dengan anak. Perlu di catat, hal ini sangat penting baik untuk orang tua ataupun guru, saat kita menyadari bahwa dunia anak dan orang dewasa itu sangat berbeda. Untuk membangun atmosfer ini bagaimana kita orang dewasa harus bisa memasuki dunia mereka dan kemudian mengantarkan dunia kita ke dalam dunia mereka.
Contohnya begini, saya punya sepupu yang umurnya masih di bawah lima tahun. Setiap pagi kalau mau sekolah selalu berlama-lama di kamar mandi. Tentunya hal ini sangat menjengkelkan orang tuanya yang buru-buru untuk berangkat kerja. Mungkin sebagian besar orang tua akan mengambil jalan yang praktis yaitu memarahinya dan langsung memandikannya biar lebih cepat dan urusan beres. Ini sangat efektif pada saat itu tapi menimbulkan efek lain dimudian hari.
Namun tidak demikian untuk orang tua bijak. Mereka faham, anak-anak itu belum cukup pemahamannya kenapa pagi harus mandi buru-buru, kanapa harus tepat waktu dan terus bertanya-tanya kenapa dan mengapa. Disinilah peran orang tua, dekati dan ikutlah bermain sejenak dengan mereka. Kira-kira kita sudah nyambung dan mereka memberikan perhatian kepada kita, itu pertanda kita sudah bisa memasuki dunia mereka. Inilah saatnya kita berusaha memberi mereka pengertian, “nak mainnya udahan dulu ya, nanti kita main lagi”. Hal ini akan lebih mudah diterima si anak, bagaimana peran orang tua mengajarkan anak memahami konsep. Hal ini akan tertanam dalam diri mereka dalam jangka waktu yang lama.
Jika kita bisa membangun kedekatan ini tentu saja anak akan merasa bahwa orang tuakulah yang hebat. Orang tuaku adalah guruku. Orang tuaku adalah sahabatku. Mereka lebih hebat dari siapapun. Dengan demikian, orang tua bisa dengan mudah mengontrol anaknya bahkan sampai mereka tumbuh menjadi remaja dan dewasa.
Semoga kita bisa menaklukkan buah hati kita tanpa membuat mereka merasa kurang nyaman sedikitpun. Meskipun bukan fullday mom tapibisa full kasih sayangnya. Selalu bisa dekat meskipun tidak selalu berada di samping mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H